12 Des 2018

Mengenal Budaya Asli Desa Dayak Pampang Sebagai Desa Wisata Samarinda Kalimantan Timur


Kalimantan Timur merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang dahulu bagian utaranya berbatasan langsung dengan Negara Malaysia dan kini berbatasan dengan Provinsi Kalimantan Utara. Provinsi Kalimantan Timur memang tidak begitu terkenal dengan kegiatan pariwisatanya, namun Kalimantan Timur memiliki potensi daya tarik wisata yang unik, mulai dari seni dan kebudayaan hingga wisata alamnya cukup mencuri minat wisatawan untuk berkunjung ke provinsi yang beribukota di Samarinda ini.

Kalimantan Timur memiliki potensi objek pariwisata yang cukup banyak. Tercatat pada tahun 1999, jumlah objek wisata yang dimiliki Kalimantan Timur diperkirakan 160 buah yang meliputi: kategori alam, budaya, sejarah dan kategori buatan. Dengan banyaknya jumlah potensi objek wisata yang dapat dikembangkan, akan menjadikan provinsi ini sebagai salah satu daerah tujuan wisata yang ada di Indonesi. Didukung dengan kebudayaan salah satu suku asli dari Kalimantan yang terkenal dengan keteguhan masyarakatnya dalam menjalankan tradisi nenek moyang mereka, yaitu Suku Dayak.

Masyarakat Dayak Kenyah yang menetap di Kalimantan Timur senang hidup dan bekerja di pedalaman hutan yang saat itu banyak dihuni oleh berbagai satwa, terutama monyet. Masyarakat Suku Dayak Kenyah merasa bahwa perilaku monyet menyerupai mereka, mulai dari tinggal di dalam hutan hingga memakan hasil hutan seperti buah-buahan yang sama, maka masyarakat setempat mempunyai ide untuk membedakan suku mereka dengan monyet yaitu dengan memanjangkan telinga. Untuk kaum perempuan telinga dipanjangkan hingga sedada dan untuk laki-laki panjangnya tidak melebihi bahu agar tidak mengganggu aktivitas berburu. Pada tahun 1960-an seiring dengan kehidupan mereka yang berpindah dari hutan satu ke hutan lainnya di pedalaman Kalimantan Timur membuat kebiasaan memanjangkan telinga ini menjadi sebuah keharusan bagi masyarakat Dayak Kenyah, bagi yang tidak memanjangkan telinga akan disamakan dengan monyet.

Untuk memanjangkan telinga, kedua lobang telinga dipasangkan cincin atau anting dengan berat tertentu dan akan ditambahkan satu per satu setiap satu tahun sekali hingga jumlah anting yang digunakan sesuai dengan usia mereka. Meskipun tradisi memanjangkan telinga sebagai salah satu atraksi wisata yang ditawarkan di Desa Dayak Pampang, hampir sebagian besar wisatawan yang pernah berkunjung dan berfoto bersama tidak mengetahui apa makna di balik tradisi yang mereka jalani saat ini. Yang mereka ketahui hanyalah sebatas melestarikan kebiasaan nenek moyang dan sebagai status sosial di dalam masyarakat Dayak Kenyah. Padahal, dalam tradisi ini mengandung makna pembelajaran hidup bagi masyarakat Suku Dayak Kenyah.

Melestarikan tradisi turun-temurun nenek moyang ditengah dunia modern merupakan hal yang cukup sulit bagi masyarakat Desa Budaya Pampang. Karena letaknya yang tidak jauh dari pusat Kota Samarinda, memungkinkan warga di desa ini sering berkunjung ke kota untuk berjalan-jalan. Meski sebagian penduduk yang tinggal di kota mengetahui tradisi telinga panjang masih dijalankan di dalam Suku Dayak Kenyah tetapi tidak begitu saja menghilangkan rasa heran mereka saat melihat langsung beberapa penduduk Suku Dayak Kenyah yang sedang berjalan di pusat perbelanjaan dengan kondisi bertelinga panjang. Seringkali penduduk desa budaya ini menjadi pusat perhatian di tengah keramaian karena bentuk fisik telinga yang berbeda dengan yang lainnya. Sebagian dari mereka yang merasa tidak nyaman dengan kondisi ini memutuskan untuk melakukan operasi kecil dengan memotong daun telinga mereka sehingga terlihat normal seperti bentuk telinga pada umumnya. Jika hal ini terus menerus terjadi, tradisi yang termasuk salah satu atraksi wisata di Desa Budaya Pampang yang sedang dikembangkan ini pelan-pelan akan menghilang. Pemerintah dan pengelola Desa Budaya Pampang menyadari hal ini dan tidak tinggal diam. Kedua pihak berusaha mempertahankan dengan mengadakan program yang menarik minat generasi muda Suku Dayak Kenyah untuk mempertahankan tradisi turun-temurun dari nenek moyang mereka dan ikut memperkenalkan kepada masyarakat luas agar tradisi telinga panjang semakin dikenal luas.

Desa dayak Pampang merupakan sebuah desa budaya yang berlokasi di Sungai Siring, Kota Samarinda, Kalimantan Timur dan merupakan objek wisata andalan kota Samarinda. Di mana masyarakat Apokayan dan Kenyah sebagai sub-suku Dayak  tinggal di sekitar rumah Lamin yang merupakan arsitektur tradisional untuk berbagai kegiatan budaya asli. Desa Pampang berpemukiman dayak yang juga budaya asli Borneo dimana setiap tahun masyarakat setempat menggelar Pelas Tahun sebagai perayaan ulang tahun dan upacara ritual Junan merupakan tradisi ratusan tahun untuk mengambil gula dari tangkai tebu yang diperas menggunakan kayu ulin.

Berjarak sekitar 23 kilometer dari pusat kota Samarinda, melalui jalan yang menghubungkan Samarinda dan Bontang, Desa Pampang diresmikan sebagai desa budaya pada bulan Juni 1991, oleh Gubernur Kalimantan Timur saat itu, HM Ardans.  Pemerintah setempat optimis Desa Budaya Pampang ini menjadi aset wisata unggulan, yang akan lebih banyak menarik wisatawan lokal maupun manca negara. Di desa ini, para wisatawan dapat melihat langsung budaya dan adat istiadat masyarakat suku Dayak, salah satu suku tertua yang hidup di wilayah nusantara.

Laki-laki di Desa Pampang membuat tato berpola tanaman dan hewan untuk menunjukkan posisi strata sosial. Wanita tua masih memegang tradisi Mucuk Penikng yang merupakan telinga yang panjang. Proses memanjang telinga dilakukan sejak lahir. Diantara orang Dayak Kenyah. Pemberat logam akan terus memanjangkan telinga hingga beberapa sentimeter. Di beberapa daerah, telinga panjang berfungsi sebagai identitas untuk menunjukkan umurnya. Bobot manik-manik yang diberikan kepada bayi lahir dan jumlah manik-manik yang menempel di telinga akan meningkat satu per tahun.

Setiap hari Minggu, masyarakat juga mengadakan acara tarian pribumi Dayak yaitu Bangen Tawai, Hudoq, Kanjet Anyam Tali, Ajay Pilling, Kancet Lasan, Nyalama Sakai, Kancet Punan Lettu dan masih banyak lagi. Pertunjukan tari digelar di rumah adat Lamin yang disebut Adat Pamung Tawai. Rumah megah terbuat dari kayu Ulin dan seluruh dindingnya penuh dengan lukisan dan ukiran khas Dayak dengan warna dominan hitam, putih dan kuning. Diameter tiang dua meter dan atap dihiasi dengan kayu yang diukir indah di tengah dan di setiap sudut. Sebuah tangga untuk menaiki rumah yang terbuat dari kayu. Bentuk tangga tidak berbeda antara rumah bangsawan dan rakyat jelata. Patung Blontang di sekitar rumah itu menggambarkan para dewa sebagai penjaga rumah atau lingkungan sekitar. Akhir atap rumah dihiasi dengan kepala naga sebagai simbol keagungan dan kepahlawanan. Rumah panggung setinggi 3 meter sampai 5 meter dengan dinding berbentuk papan kayu dan di bagian bawah rumah berfungsi untuk ternak. Bagian paling belakang yang digunakan sebagai tanaman penyimpanan dan alat pertanian disimpan di tempat yang sama.

Tata letak lamin ini rumah berbentuk panjang. Bagian depannya adalah Bale-bale untuk menerima tamu atau tempat berkumpul saat pertemuan kerabat. Rumah Dayak biasanya ditempati oleh beberapa keluarga, dalam satu keluarga dimana masing-masing keluarga memiliki kamar pribadi. Rumah adat yang megah ini penuh ukir-ukiran indah khas Dayak. Lamin Adat Pemung Tawai ini kemudian menjadi pusat daya tarik pariwisata di Desa Pampang.

Desa Pampang, juga menyediakan oleh-oleh sebelum pulang. Terdapat penjual suvenir di halaman depan Lamin Adat Pemung Tawai. Mereka menjual kerajinan tangan khas Desa Pampang berupa kalung, gelang atau tas yang terbuat dari manik-manik.

Demikianlah pembahasan mengenai “Mengenal Budaya Asli di Desa  Dayak Pampang, Samarinda, Kalimantan Timur”.

 

Daftar Pustaka

Fransiska Sherly Pranata, (2013), Peran Dinas Kebudayaan Pariwisata dan Komunikasi Informasi (KOMINFO) dalam Meningkatkan Wisata Budaya di Desa Pampang Kota Samarinda, EJournal Ilmu Pemerintahan, Volume 1, Nomor 2

Eksposkaltim.com/berita-1873-jumlah-kunjungan-wisatawan-masuk-kaltim meningkat.html diakses pada 10 Desember 2018

https : // id.m.wikipedia.org/wiki/Kalimantan-Timur

 

 

 

13 Mar 2018

INTRAPRENEURSHIP



INTRAPRENEURSHIP





Di susun oleh:

Titra Weni                   1605135031








PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NON FORMAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2018


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai .
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman saya, sami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

                                                                                  Samarinda, 12  Maret 2018


DAFTAR ISI
Kata Pengantar..................................................................................................... i
Daftar Isi............................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 1
1.1Latar Belakang...................................................................................... 1
1.2  Rumusan Masalah................................................................................ 1
1.3  ujuan Penulisan.................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................. 3
2.1 Pengertian dan manfaat Intrapreneurship............................................ 3
2.2 perbedaan perusahaan tradisional dengan Intrapreneurship................ 7
2.3 lingkungan atau iklim organisasi yang mendorong
      Intrapreneurship................................................................................... 9
2.4 karakteristik kepemimpinan Intraprenuership...................................... 9
2.5 Membangun iklim Intrapreneurship................................................... 11

BAB III PENUTUP........................................................................................ 14
3.1 Kesimpulan........................................................................................ 14

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 15


BAB I
PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang
Kesempatan tercipta oleh perubahan lingkungan, dan salah satu ciri seorang entrepreneur adalah kemampuannya yang lebih tajam dalam melihat perubahan-perubahan, dan menemukan kesempatan-kesempatan yang tersimpan di balik perubahan itu.  Seorang manajer yang rendah tingkat intrapreneurship-nya mengatakan seberapa banyak sumber daya yang dapat saya kelola, dan dari sumber daya yang dipegang ini apa yang akan dapat dicapai ? Namun seorang manajer yang tinggi tingkat intrapreneurship-nya akan mengatakan berdasarkan apa yang ingin dicapai, baru mengatakan apa saja yang harus dimiliki untuk mencapainya.  Terdapat tiga pilar dalam intrapreneurship yaitu inovasi, pengambilan resiko yang terkalkulasi, dan kreativitas. Inovasi adalah kemampuan untuk melihat segala sesuatu dengan cara yang baru. Pengambilan resiko yang terkalkulasi merupakan kemampuan untuk mengambil kesempatan yang sudah diperhitungkan dan menganggap kegagalan sebagai suatu pengalaman belajar. Kreativitas merupakan kemampuan untuk memperkirakan berbagai kemungkinan di masa depan dan secara proaktif menciptakan apa yang diidamkan. Masalahnya adalah bagaimana memelihara semangat entrepreneurship dalam organisasi yang membesar dan semakin mapan. Organisasi yang besar dan stabil acapkali menimbulkan rasa percaya diri yang berlebihan pada orang-orang yang terlibat di dalamnya sehingga mengurangi sensitivitas terhadap kebutuhan pelangganya dan kurang responsif terhadap dinamika persaingan. Padahal dalam situasi yang hypercompetitive, timbulnya sensitivitas terhadap kebutuhan pelanggan dapat berakibat fatal.
2.2    Rumusan Masalah
1.             Apa pengertian dan manfaat Intrapreneurship ?
2.             Apa saja perbedaan perusahaan tradisional dengan Intrapreneurship ?
3.             Bagaimana lingkungan atau iklim organisasi yang mendorong Intrapreneurship ?
4.             Bagaimana karakteristik kepemimpinan Intraprenuership ?
5.             Bagaimana Membangun iklim Intrapreneurship ?
2.3       Tujuan Penulisan
1.             Untuk mengetahui pengertian dan manfaat Intrapreneurship
2.             Untuk memahami perbedaan perusahaan tradisional dengan Intrapreneurship
3.             Untuk mengetahui lingkungan atau iklim organisasi yang mendorong Intrapreneurship
4.             Untuk memahami karakteristik kepemimpinan Intraprenuership
5.             Untuk mengetahui membangun iklim Intrapreneurship dalam organisasi


BAB II
PEMBAHASAN
2.1    Pengertian dan manfaat Intrapreneurship
 “Intrapreneur adalah orang yang diberi pekerjaan oleh entrepreneur dengan remunerasi dan sumber daya, untuk mengoptimalkan mimpi dan potensinya, buat memenangkan perusahaan dari perubahan kompetisi pasar.” (Djajendrakonsep Intrapreneurship).
Intrapreneurship adalah kewirausahaan (entrepreneurship) dalam perusahaan (enterprenership inside of the organization) atau dapat dikatakan bahwa intrapreneurship adalah entrepreneuship yang ada di dalam perusahaan. Konsep intrapreneurship pertama muncul pada tahun 1973 oleh Susbauer dalam tulisannya yang berjudul “Intracoporate Enterpreneurship : Programs in American Industry”, dan kemudian dipopulerkan oleh Pinchott (1985) dan Burgelman (2007) dalam disertasinya.
Princhott (1985) mendefinisikan seorang intrapreneur adalah seorang yang memfokuskan pada inovasi dan kreativitas dan yang mentransformasi suatu mimpi atau gagasan menjadi usaha yang menguntungkan yang dioperasikannya dalam lingkup lingkungan perusahaan. Oleh karena itu, agar sukses intrapreneurship harus diimplementasikan dalam strategi perusahaan (Dalam Budiharjo, 2011:152).
Asef Karimi, dkk (2011) menyebutkan bahwa Intrapreneurship berakar pada kewirausahaan (Amo dan Kolvereid, 2005; Antoncic, 2001; Davis, 1999; Honig, 2001), ada beberapa perbedaan antara intrapreneurship dan kewirausahaan. Pertama semua, intrapreneur membuat keputusan berisiko menggunakan sumber daya perusahaan. untuk melakukannya, pengusaha menggunakan sumber daya mereka sendiri (Antoncic dan Hisrich, 2001; Luchsinger dan Bagby, 1987; Morris et al, 2008). Kedua, intrapreneurship terjadi di antara karyawan dari dalam organisasi mereka, sedangkan kewirausahaan cenderung terutama secara eksternal terfokus (Amo dan Kolvereid, 2005; Antoncic, 2001; Antoncic dan Hisrich, 2001; Davis, 1999; Luchsinger dan Bagby, 1987).
Lebih lanjut Asef Karimi, dkk (2011) menyebutkan bahwa sepertiga dari semua, pengusaha lebih memilih untuk mengembangkan pengetahuan tacit dalam organisasi baru daripada menggunakan prosedur atau mekanisme dari perusahaan lain. Di sisi lain, intrapreneur bekerja dalam organisasi yang sudah memiliki politik mereka sendiri, bahasa, prosedur, dan birokrasi (Antoncic, 2001; Antoncic dan Hisrich, 2001; Davis, 1999; Honig, 2001).
Meskipun kewirausahaan dan intrapreneurship memiliki perbedaan penting, mereka juga memiliki beberapa koneksi karena intrapreneurship secara konsisten diposisikan sebagai kewirausahaan dalam organisasi (Antoncic, 2001; Davis, 1999, dalam Asef Karimi, dkk, 2011). Istilah lain untuk Intrapreneur adalah Corporate Entrepreneur. Seorang Intrapreneur adalah seseorang Corporate Entrepreneur yang kaya akan ide, konsep, wawasan, dan gambaran akan sebuah produk, jasa, atau proses yang sifatnya baru. Dia adalah seorang inovator yang selalu memiliki perasaan atau intuisi terhadap sesuatu dari hasil kreatifitasnya.
Intrapreneurship dan Corporate Entrepreneurship adalah praktek kewirausahaan oleh karyawan dan pimpinan dalam suatu perusahaan. Mereka adalah para profesional dan bukan pemilik saham. Tetapi, mereka dipercaya dan dibiayai oleh pemilik saham perusahaan, untuk mendapatkan sebuah bisnis baru, atau menghidupkan kembali bisnis yang sudah ada dengan inovasi-inovasi terbaru  dalam rangka untuk menemukan dan memanfaatkan peluang baru, agar perusahaan bisa terus menang dalam kompetisi bisnis yang sangat cepat dengan berbagai perubahan.
Intrapreneur harus memiliki ambisi dan impian yang digunakan untuk mengejar atau menciptakan hal-hal baru dibidangnya. Dia harus menciptakan sebanyak mungkin inovatif melalui mimpi dan kreatifitas tanpa batas. Dia harus selalu bersikap proaktif dengan antusiasme dan gairah yang kuat, untuk bertindak menghasilkan maha karya dan nilai tambah yang terbaru. Dia harus menjadi pribadi dengan mental dan perilaku proaktifnya, untuk menemukan peluang baru, tanpa dibatasi oleh sumber daya dan potensi yang dia miliki atau kuasai saat ini. Dia adalah energi perubahan yang terus menerus berubah, untuk menemukan hal-hal terbaru, yang sebelumnya belum berwujud dalam realitas.
Intrapreneur adalah orang yang diberi pekerjaan oleh Entrepreneur dengan remunerasi. Oleh karena itu, tanggung jawab Entrepreneur terhadap perusahaanya mencakup semua aspek; sedangkan tanggung jawab Intrapreneur sebatas unit, produk, jasa, proses, atau sumber daya yang dia kembangkan. Seorang Entrepreneur adalah pemilik dan sekaligus operator perusahaan, yang berani mengambil risiko besar dari bisnis yang dia jalankan, dengan harapan mendapatkan keuntungan finansial dan manfaat nilai tambah lainnya. Jadi, seorang Intrapreneur memiliki risiko terbatas, dan seorang Entrepreneur memiliki risiko tidak terbatas.
Intrapreneurship merupakan manajemen strategi dari Entrepreneurship. Oleh sebab itu, fungsi Intrapreneurship harus dikelola dengan tata kelola terbaik untuk mendorong pertumbuhan perusahaan dari dalam. Perusahaan dengan konsep intrapreneurial efektif haruslah menciptakan lingkungan dan budaya perusahaan yang memungkinkan tumbuh berkembangnya semangat Intrapreneurship di dalam perusahaan.
Untuk penerapan konsep intrapreneurial yang efektif dalam perusahaan diperlukan kebijakan yang mengatur struktur formal untuk Intrapreneurship; diperlukan komitmen dan tanggung jawab dari karyawan dan pimpinan untuk mengkontribusikan cara kerja dan ide-ide buat menjaga kinerja dan daya saing perusahaan; diperlukan upaya nyata dari perusahaan untuk menciptakan tenaga kerja yang beragam kemampuan atau multi talenta; diperlukan integritas perusahaan untuk merancang jalur karir yang menarik dan kompetitif; dan juga menciptakan konsep insentif yang membuat pekerja selalu setia seumur hidup bersama perusahaan.
Kemauan dan kemampuan perusahaan untuk menyediakan dana buat pengembangan intrapreneur di dalam perusahaan, akan menjadikan perusahaan selalu memiliki para eksekutif senior dan junir untuk proyek-proyek prospektif. Dan juga, perusahaan berpotensi untuk mendapatkan peluang ataupun menjaga peluang-peluang yang sudah ada. Selanjutnya, perusahaan bisa terus unggul di tengah ladang persaingan yang sangat keras saat ini. Menjadikan setiap karyawan dan pimpinan sebagai seorang Intrapreneur akan membuat perusahaan jeli mengenali aneka peluang, risiko, dan memanfaatkannya secara benar untuk menjaga daya saing dan kinerja perusahaan.
Sedangkan manfaat intrapreneurship muncul sebagai reaksi terhadap berbagai tekanan yang dialami perusahaan, seperti munculnya banyak pesaing baru dengan teknologi yang lebih canggih, semakin tidak dipercayainya pengaturan yang dilakukan menggunakan daya manajemen tradisional, berhentinya karyawan terbaik yang mencoba mengembangkan usaha sendiri, munculnya pesaing dari luar negeri, mengecilnya ukuran perusahaan-perusahaan besar, dan tumbuhnya keinginan yang kuat pada kebanyakan perusahaan untuk meningkatkan produktivitas maupun efisiensi.
Intrapreneurship adalah konsep yang relatif baru yang berfokus pada karyawan sebuah perusahaan yang memiliki banyak atribut pengusaha. Seorang intrapreneur adalah seseorang di dalam perusahaan yang mengambil risiko dalam upaya memecahkan masalah yang diberikan.
Suasana perusahaan yang lebih leluasa, ceria, bebas terkendali, membuka peluang bagi orang-orang efektif mengembangkan talenta, kemampuan daya pikir dan daya ciptanya. mereka bisa mengembangkan secara bertanggung jawab apa yang diinginkan yang dianggap baik yang mengarah kepada hal-hal yang positif sehingga menguntungkan bagi perusahaan. jika kesempatan ini tidak terbuka pada sebuah perusahaan maka bagi seseorang yang kreatif, mereka akan merasa terkekang, akhirnya cendrung tidak produktif dan frustasi. Hisrich menyatakan: intrapreneurship is one method for stimulating and then capitalizing on individuals in an organization who think that something can be done differently and better. jadi ini merupakan satu metode mendorong serta memberikan fasilitas, membuka kesempatan bagi seseorang dalam organisasi untuk menciptakan, mengerjakan sesuatu yang beda dari yang lain  secara lebih baik dan bertanggung jawab. Terbukanya peluang semacam ini sangat menjanjikan satu kemajuan bagi sebuah perusahaan karena munculnya kreatifitas, inovasi. dalam organisasi yang biasa, aktivitas semacam ini sulit muncul, karena suasana yang kaku, tidak ada kebebasan berkreasi bagi karyawannya. Bagi sebuah organisasi sangat perlu mengembangkan spirit entrepreneurship ini, inilah yang dimaksudkan dengan istilah intrapreneurship. Spirit ini akan meningkatkan pengembangan produk, diversifikasi, dan meningkatkan produktivitas.



2.2    Perbedaan perusahaan tradisional dengan Intrapreneurship
Pada perusahaan tradisional, pokok-pokok aturan yang berlaku biasanya :
-     harus mengikuti peraturan secara ketat, sesuai dengan yang telah digariskan.
·           Tidak boleh menyimpang, berbuat kesalahan, tidak boleh gagal.
·           Tidak boleh membuat inisiatif sendiri tapi tunggu instruksi atasan.
Perbedaan perusahaan tradisional dengan interpreneurship
Perusahaan tradisional
           Intrapreneurship
1.    mengikuti peraturan secara ketat sesuai yang telah digariskan.
2.    Tidak boleh menyimpang, berbuat kesalahan tidak boleh gagal
3.    Tidak boleh membuat inisiatif sendiri, menunggu instruksi dari atasan.
4.    Organisasi bersifat hierarki.
5.    Hanya anggota keluarga bekerja di perusahaan/kantor.

1.    Adanya penerapan tekhnologi dalam organisasi
2.    Tidak ada parameter buku untuk kebersihan.
3.    Kebebasan mengembangkan ide.
4.    Terbuka peluang eksperimen, terbiasa dengan kesalahan dan kegagalan
5.    Pengrekrutan berdasarkan pengalaman kerja, kedisiplinan, dan profesionalitas
6.    Hubungan dekat satu sama lain antara karyawan dan atasan

      Perusahaan tradisional kondisi persyaratan yang ketat sangat tidak kondusif dengan munculnya kreatifitas, fleksibilitas, independensi, dan keberanian karyawan. Sedangkan dalam interpreneurship dapat dilihat karyawan mengajukan usul, mengembangkan visinya tujuan dan kegiatan.
Kondisi persyaratan ketat seperti ini sangat tidak kondusif munculnya kreativitas, fleksibilitas, independensi dan keberanian karyawan. Dalam Intrapreneurship kita jumpai suasana seperti pengajuan usul, Karyawan bisa mengembangkan visinya, tujuan dan kegiatannya. Ada pemberian hadiah untuk pemikiran dan kegiatan yang positif eksperimen, pengembangan ide, dan tanggungjawab.
Ada lagi perbedaan dalam values norms yang berlaku. Dalam organisasi tradisional, organisasinya bersifat hirarkis, prosedur standar, sistem pelaporan baku, ada garis lini dan tanggungjawab, ada instruksi, wewenang, sistem kontrol. Dalam budaya organisasi intrapreneur dijumpai situasi yang berbeda (sebaliknya) struktur organisasi bersifat flat, mengembang kesamping bukan keatas hirarkis, ada jaringan kerja, ada mentor, hubungan dekat satu sama lain, iklim kerja tidak kaku, saling percaya, banyak pemikiran dan ususl, sehingga terjadi cross-fertilization of ideas (saling memupuk, saling bantu sesama karyawan dalam mengembangkan ide).
Lebih lanjut tabel berikut perbandingan antara traditional managers, Entrepreneurs dan intrapreneurs.
Sifat
Tradisional Managers
Enterpreneurs
Intrapreneurs
Motif Utama
Mengharapkan promosi dan hadiah, ada kantor, kekuasaan dan staff
Ada kebebasan, ada peluang berkreasi dan dapat uang
Ada kebebasan dan peluang mengembangkan bakat dan ada hadiah dari perusahaan
- Kegiatan
Mendelegasikan, dan banyak pengawasan
Terlibat secara langsung
Lebih banyak terlibat ketimbang mendelegasikan kepada orang lain
- Resiko
Sangat hati-hati
Lebih moderat dalam mengambil resiko
Bersifat moderat dalam mengambil resiko
Status
Sangat memperhatinkan
Tidak peduli dengan simbol status
Tidak terlalu memperhatikan status, hanya ingin keleluasaan
Kesalahan &  kegagalan
Berusaha menghindari kesalahan
Terbiasa dengan kesalahan dan kegagalan
Mencoba tidak membicarakan kesalahan sampai ia berhasil
Decisions
Setuju saja dengan keputusan dari atasan
Mengikuti mimpi, intuisi sebagai bahan pertimbangan
Mencoba meyakinkan kolega agar menyokong idenya
Latar belakang family
Anggota keluarga bekerja di perusahaan/kantor
Pengusaha small business, profesional, atau pertanian
Pengusaha samll, business propesional dan pertanian
Hubungan
Ada hirarki
Saling berhubungan
Saling berhubungan dalam kerangka hirarki
2.3    Lingkungan atau iklim organisasi yang mendorong Intrapreneurship
a.       Untuk mendorong adanya intrapreneurship maka diperlukan suasana kepemimpinanyang menunjang
b.   Adanya penerapan teknologi dalam organisasi yang dapat membangkitkan keberanian. dan menunjang ide-ide baru, sehingga karyawan tidak jadi penakut.
c.         Terbuka peluang eksprimen, tadak takut pada kegiatan trial and beberapa error . biasanya untuk mendapatkan produk baru yang sempurna, ini memakan waktu, berevolusi.
d.          Tidak ada ukuran atau parameter buku untluk suatu kebersihan.
e.         Harus tersedia dana yang harus yang cukup melakukan kebebasan pengembangan ide.
f.            Harus dikembangkan tim multidisiplin, dan kerja sama antar bidang.
g.          Spirit intrapreneurship tidak berdasarkan pada perseorangan,tapi atas dasar sukarela dan sistem hadiah. hadiah perlu diberikan untuk semua energi, usaha yang dikeluarkan untuk penciptaan yang baru.
h.          Akhirnya aktifitas spirit ini harus mendapat support dari top management baik secara pisik maupun dalam bentuk finansial.

2.4    Karakteristik kepemimpinan Intraprenuership
Seorang wirausahawan harus memahami lingkungan baik internal maupun eksternal secara utuh, dia harus mengetahui segala aspek, dia harus kreatif agar dapat mendorong spirit  intrapreneurship. karakteristik kepemimpinannya adalah sebagai berikut :
a.          Dia harus seorang visioner leader, seseorang atau a person who dreams great dreams. Dikatakan oleh Hisrich bahwa a leader is like a gardener. seorang tukang kebun, apabila ingin menghasilkan tomat, maka anda harus cari bibit, tanam, kasih pupuk, beri air. and jangan masukan tomat ke pabrik, tapi tugas anda tanam dan pupuk tomat itu. Definisi lain dikatakan : leadership is the ability to dream great things and communicate these in such a way that people say yes to being a part of the dream.jadi coba yakinkan orang lain, bahwa mimpi anda bagus sehingga mereka tertarik dan meng-iya-kan lalu mereka menyokong mewujudkan mimpi tersebut. kadang-kadang perusahaan tertentu muncul ide-ide gila. ide gila ini pada awalnya mungkin tidak masuk akal, tapi setelah ditelaah ada juga peluang kemungkinan berhasil. apabila seseorang mempunyai suatu ide makaia harus meyakinkan banyak orang  bahwa idenya ini bagus sekali. jika ada yang membantah maka ia berusaha mengatasi bantahan itu dan kembali orang yang membantah berbalik menyokong idenya. The intrapreneurship leader must have a dream and overcome all the obstacles to achieve it by selling the dream to others.
b.         Pemimpin intrapreneur harus fleksible dan menciptakan management yang memberi kebebasan kreativitas.
c.          Mendorong munculnya teamwork, dengan pendekatan multidisiplin dari berbagai  keahlian, seperti engineering, produksi, marketing, keuangan dan sebagainya. harus diciptakan dikusi terbuka untuk mencari sesuatu yang baru.
Berdasarkan pendapat Antonic  (2003)  mengemukakan  intrapreneurship memiliki karakteristik  sebagai berikut :
1.      Understand the environment.
Intrapreneur harus mengerti semua aspek lingkungannya, baik dari lingkungan internal perusahaan maupun lingkungan eksternal perusahaan.
2.      Visionary and flexible.
Intrapreneur   harus   memiliki   kemampuan   untuk   mewujudkan   ide-idenya   menjadi kenyataan, dapat beradaptasi dan bekerja secara efektif dalam situasi yang berbeda.
3.      Encourage team work.
Intrapreneur harus memiliki kemampuan untuk membangun tim kerja dan tim tersebut bekerja dengan disiplin.
4.       Encourage open discussion.
Intrapreneur harus mampu mengadakan diskusi terbuka dalam usahanya membentuk tim kerja yang bagus.


5.      Builds a coalition of supporters.
Intrapreneur dapat mencapai tujuannya dengan membangun koalisi untuk mendukung inovasinya. Koalisi dapat terdiri dari pekerja dan manajemen puncak.
6.      Persists.
Intrapreneur harus tekun dan gigih dalam bekerja agar tujuan dapat tercapai.
Ciri-ciri intrapreneurship yaitu :
1.      Intrapreneur seolah menjadi general manager dari sebuah bisnis baru yang belum ada di perusahaan
2.      Biasanya memiliki backgroud teknis atau perusahaan, tetapi tidak memusuhi disiplin kerja yang lain, pandai beradaptasi dan melakukan penyesuaian
3.      Melakukan hal-hal sesuai kehendak hatinya
4.      pemikir/konseptor sekaligus pelaksana
5.       Punya dedikasi penuh dan bersedia mencurahkan waktu habis-habisan agar mimpinya kenyataan.
6.       Menunjukkan kualitas yang baik
7.      Segala sepak terjanggnya hanya berdasar kepentingan usahanya
8.      Orang yang meraih target yang ditetapkannya sendiri
9.      Selalu menetapkan standar kerja yang tinggi
10.  Kegagalannya merupakan proses belajar

2.5    Membangun iklim Intrapreneurship dalam organisasi
Untuk membangun suasana intrapreneurship, maka sebuah organisasi harus menerapkan prosedur yang menunjang. kadangkala perlu minta bantuan konsultan untuk menciptakan suasana tersebut.
Namun yang penting adalah komitmen dari seluruh jajaran manajemen, dari top, upper dan midddle manaement. komitment dan rencana ini disosialisasikan dalam bentuk kegiatan internal marketing kepada seluruh karyawan. dengan demikian  iklim intrapreneurship akan bergema diseluruh kegiatan organisasi. pemimpin organisasi harus pula menjelaskan ide apa, sasaran bagaimana yang hendak dicapai oleh organisasi dalam periode tertentu. selanjutnya gunakan fasilitas teknologi yang menunjang iklm intrapreneurship. organisasi harus tetap dekat dengan hati konsumen, harus belajar lebih produktif dengan menggunakan sumber-sumber seefisien mungkin. Jadi berilah kebebasan pada karyawan namun tetap terkendali dan bertanggung jawab terhadap pekerjaannya
       Iklim Organisasi yang Mendorong Intrapreneurship antara lain
a.            Faktor Pendorong Intrapreneurship
Antonic (2007) yang dikutip Budiharjo (2011) menyebutkan antesenden intrapreneurship dibagi menjadi dua yaitu lingkungan (environment) dan organisasi (organization).
       Faktor lingkungan yang positif meliputi dinamisme peluang teknologi, pertumbuhan industry, dan permintaan untuk produk baru, sedangkan antesenden untuk lingkungan yang tidak dikehendaki meliputi perubahan yang tidak dikehendaki dan persaingan yang tinggi.
       Dari sisi organisasi, karakteristik organisasi yang dapat mendorong intrapreneurship adalah system terbuka, kendali formal pada aktivitas intrapreneurship, pemindahan intensif pada lingkungan, dukungan organisasional, dan nilai-nilai perusahaan. Dalam penelitiannya, Antonic (2007) membuktikan bahwa intrapreneurship berkorelasi secara positif dengan pertumbuhan (company growth), dan dibuktikan pula bahwa dimensi lingkungan dan karakteristik organanisasi (organization characteristics) berkorelasi positif dengan intrapreneurship.
b.            Faktor Penghambat Intrapreneurship
Eesley dan Longenecker (2006, dikutip oleh Budiharjo, 2011) mengemukakan 10 hambatan utama dalam intrepreneurship meliputi :
1.  Menghukum kesalahan yang disebabkan oleh tindakan risk taking
2.  Gagasan-gasasan tanpa tindak lanjut
3.  Tidak ada dorongan intrapreneurship
4.  Unhealthy politicking dalam organisasi
5.  Komunikasi yang buruk antar karyawan dan juga pada pelanggan
6.  Karyawan tidak didorong berpikir untuk mencari peluang
7.  Misi, sasaran perusahaan tidak jelas
8.  Kurang dukungan manajemen
9. Penghasilan keputusan beresiko yang tidak diberi reward
10. Keterbatasan waktu dan sumber daya


BAB III
PENUTUP
3.1    Kesimpulan
Intrapreneurship adalah konsep yang relatif baru yang berfokus pada karyawan sebuah perusahaan yang memiliki banyak atribut pengusaha. Seorang intrapreneur adalah seseorang di dalam perusahaan yang mengambil risiko dalam upaya memecahkan masalah yang diberikan.
Suasana perusahaan yang lebih leluasa, ceria, bebas terkendali, membuka peluang bagi orang-orang efektif mengembangkan talenta, kemampuan daya pikir dan daya ciptanya. mereka bisa mengembangkan secara bertanggung jawab apa yang diinginkan yang dianggap baik yang mengarah kepada hal-hal yang positif sehingga menguntungkan bagi perusahaan. jika kesempatan ini tidak terbuka pada sebuah perusahaan maka bagi seseorang yang kreatif, mereka akan merasa terkekang, akhirnya cendrung tidak produktif dan frustasi.


DAFTAR ISI