4 Mar 2018

Penelitian Tindakan Kelas


MAKALAH
PENELITIAN TINDAKAN KELAS





Di susun oleh:

Titra Weni                    1605135031








PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NON FORMAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2018


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai .
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman saya, sami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

                                                                                  Samarinda, 04  Maret 2018














DAFTAR ISI

Kata Pengantar.............................................................................................................. i
Daftar Isi....................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................... 1
A.         Latar Belakang............................................................................................ 1
B.          Rumusan Masalah....................................................................................... 1
C.          Tujuan Penulisan......................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN............................................................................................ 2
2.1 Konsep Dasar PTK.............................................................................................. 2
A.           Karakteristik PTK...................................................................................... 2
B.            Tujuan dan Manfaat PTK.......................................................................... 3
C.            Fungsi PTK ............................................................................................... 4
D.           Prinsip-prinsip PTK.................................................................................... 5
E.            Kolaborasi dalam PTK............................................................................... 6
F.             Kelebihan dan Kekurangan PTK .............................................................. 6
2.2 Prosedur Pelaksanaan Langkah-Langkah PTK............................................... 7
2.3  Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas............................................................. 8
2.4  Contoh Proposal Dan Laporan Penelitian Tindakan Kelas........................... 10
A.    Contoh Proposal PTK............................................................................... 10
B.     Contoh Hasil Penelitian PTK.................................................................... 17

BAB III PENUTUP.................................................................................................. 29
A.    Kesimpulan.................................................................................................... 29

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................. 30




BAB 1
PENDAHULUAN
1.             Latar Belakang
Penelitian Tindakan Kelas merupakan salah satu jenis penelitian pendidikan yang penting untuk dipahami oleh para guru. Penelitian Tindakan Kelas secara langsung berkolerasi dengan upaya untuk memperbaiki atau meningkatkan kualitas kinerjanya, utamanya dalam proses pembelajaran di kelas.
Banyak sekali persoalan yang dihadapi guru dalam suasana pembelajaran yang ia hadapi, yang jika masalah tersebut tidak dapat diatasi, maka akan menghambat tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Untuk itulah dibutuhkan suatu penelitian pendidikan yang dapat dimanfaatkan oleh guru untuk memperbaiki kinerja.
Hal-hal yang perlu dikuasi guru yaitu konsep dasar metode penelitian yang meliputi pengenalan penelitian pendidikan tindakan kelas, prosedur PTK, dan pembuatan laporan hasil PTK.
Dengan demikian, guru dapat menerapkan guru dapat menerapkan dan mengambil manfaatnya guna membantu masalah-masalah kependidikan.
1.2         Rumusan Masalah
2.             Apa sajakah konsep dasar PTK ?
3.             Bagaimana prosedur langkah-langkah PTK ?
4.             Bagaimana pelaksanaan PTK ?
5.             Berikanlah contoh proposal dan hasil penelitian PTK ?
1.3         Tujuan Penulisan
2.             Untuk mengetahui apa saja yang menjadi konsep dasar PTK
3.             Untuk mengetahui prosedur langkah-langkah PTK
4.             Untuk memahami pelaksanaan PTK
5.             Untuk mengetahui contoh proposal dan hasil penelitian PTK




BAB II
PEMBAHASAN
2.1         Konsep Dasar PTK
Berikut akan dikemukakan beberapa pengertian PTK yang dikutip Prendergast (2002) berdasarkan keempat jenis kompetensi guru. Lewin menyatakan, PTK merupakan cara guru untuk mengorganisasikan pembelajaran berdasarkan pengalamannya sendiri atau pengalamannya berkolaborasi dengan guru lain (kompetensi profesional). Sementara itu, Calhoun dan Glanz menjelaskan, bahwa PTK merupakan suatu metode untuk memberdayakan guru yang mampu mendukung kinerja kreatif sekolah (kompetensi profesional). Cole dan Knowles juga menegaskan, PTK dapat mengarahkan para guru untuk melakukan kolaborasi, refleksi, dan bertanya satu dengan yang lain dengan tujuan tidak hanya tentang program dan metode mengajar, tetapi juga membantu para guru mengembangkan hubungan-hubungan personal (kompetensi kepribadian).
Dari beberapa pengertian di atas, dapat diperoleh gambaran yang jelas bahwa PTK dapat membantu meningkatkan kompetensi guru. Dengan demikian, PTK dapat diartikan sebagai suatu proses penyelidikan ilmiah dalam bentuk refleksi diri yang melibatkan guru dalam situasi pendidikan tertentu dengan tujuan memperbaiki pemahaman dan keadilan tentang situasi atau praktik pendidikan, memahami tentang praktik yang dilakukan, dan situasi-situasi di mana praktik itu dilaksanakan. Untuk mewujudkan tujuan-tujuan tersebut, PTK dilaksanakan dalam bentuk siklus yang terdiri dari empat tahapan, yaitu planning, action, observationlevaluation, dan reflection.
A.           Karakteristik PTK
Menurut Stephen Kemmis dan Robin McTaggart (1990), penelitian tindakan memiliki karakteristik sebagai berikut.
a.              Penelitian tindakan merupakan pendekatan untuk meningkatkan mutu pendidikan melalui tindakan, dan mempelajari dampak dari tindakan tersebut.
b.             Penelitian tindakan bersifat partisipatori, yakni penelitian yang dilakukan oleh praktisi dengan melibatkan kelompok partisipan yang bertujuan untuk meningkatkan mutu pelaksanaan tugas mereka.
c.              Penelitian tindakan dilaksanakan dalam bentuk spiral refleksi-diri, mulai dari tahap rencana, tindakan (pelaksanaan rencana), observasi, refleksi-diri dan selanjutnya kembali ke rencana.
d.             Penelitian tindakan bersifat kolaboratif, yakni melibatkan semua orang yang bertanggung jawab untuk meningkatkan pendidikan. Bahkan memperluas kelompok kolaboratif sebanyak mungkin .
e.              Penelitian tindakan melibatkan masyarakat yang dapat melakukan kritik-diri, yaitu orang-orang yang berpartisipasi dan berkolaborasi dalam setiap tahap penelitian.
Karakteristik di atas tentunya bersifat umum untuk penelitian tindakan. Sedangkan secara khusus, karakteristik PTK yaitu :
(a)           dilakukan dalam bentuk refleksi diri. Refleksi adalah tindakan merenung, mempertimbangkan atau memikirkan sesuatu
(b)          mengutamakan masalah-masalah praktis, terbatas, dan sesuai dengan situasi actual dalam praktik pembelajaran di kelas
(c)           fleksibel dan adaptif, baik lagi peneliti maupun proses penelitiannya
(d)          tujuannya untuk memperbaiki praktik pembelajaran guru di kelas
(e)           menggunakan pendekatan kolaboratif terhadap orang-orang yang terlibat di dalamnya
B.            Tujuan dan Manfaat PTK
Tujuan PTK adalah untuk :
(a)           Memperbaiki dan meningkatkan mutu isi, masukan, proses, dan hasil pendidikan dan pembelajaran di sekolah dn LPTK
(b)          Membantu guru dan tenaga kependidikan lainnya mengatasi masalah pendidikan dan pembelajaran di dalam kelas
(c)           Meningkatkan kemampuan dan layanan profesional guru dan tenaga kependidikan
(d)          Mengembangkan budaya akademik di lingkungan sekolah dan LPTK, sehingga tercipta sikap proaktif untuk melakukan perbaikan mutu pendidikan dan pembelajaran secara berkelanjutan (sustainable)
(e)           Meningkatkan dan mengembangkan keterampilan guru dan tenaga kependidikan khususnya di sekolah dalam melakukan PTK
Manfaat PTK sangat besar bagi dunia pendidikan. Menurut I Wayan Santyana (2007), “PTK dapat memberikan manfaat sebagai inovasi pendidikan yang tumbuh dari bawah, karena guru adalah ujung tombak pelaksana lapangan.” PTK dapat merangsang para praktisi menjadi lebih mandiri yang ditopang oleh rasa percaya diri, sehingga secara keilmuan menjadi lebih berani mengambil prakarsa yang patut diduganya dapat memberikan manfaat perbaikan. Rasa percaya diri tersebut tumbuh sebagai akibat guru semakin banyak mengembangkan sendiri pengetahuannya berdasarkan pengalaman praktis. Pelaksanaan PTK secara kontinu dapat membentuk sikap profesional (guru, kepala sekolah, pengawas), sehingga mereka tidak akan cepat berpuas diri lalu diam di zona nyaman, melainkan selalu memiliki komitmen untuk meraih hasil yang lebih baik. Sikap profesional ini muncul dari rasa kepedulian untuk memecahkan masalah.
C.           Fungsi PTK
Secara umum, fungsi penelitian tindakan adalah sebagai alat untuk memperbaiki mutu dan efisiensi praktik pembelajaran di kelas. Secara khusus, Cohen dan Manion (1980) memerinci fungsi penelitian tindakan menjadi lima kategori, yaitu :
(a)           Sebagai alat untuk memecahkan masalah melalui diagnosis dalam situasi tertentu
(b)          Sebagai alat pelatihan dalam jabatan dan membekali guru dengan keterampilan, metode dan teknik mengajar yang baru, mempertajam kemampuan analisisnya, dan menyadari kelebihan dan kekurangan pada dirinya
(c)           Sebagai alat untuk mengenalkan pendekatan baru atau inovatif dalam pembelajaran
(d)          Sebagai alat untuk meningkatkan komunikasi antara guru di lapangan dengan peneliti akademis, dan memperbaiki kegagalan penelitian tradisional
(e)           Sebagai alternatif yang lebih baik untuk mengantisipasi pendekatan yang lebih subjektif, impresionistik dalam memecahkan masalah di dalam kelas.

Berdasarkan tujuan, fungsi dan manfaat PTK di atas, maka dapat diidentifikasi ruang lingkup PTK sebagai berikut :
(a)           Masalah belajar dan pembelajaran di sekolah, seperti : kesulitan belajar, kesalahan-kesalahan cara belajar, miskonsepsi, dan lain-lain
(b)          Manajemen pembelajaran di kelas, seperti : masalah desain dan perencanaan pembelajaran, model dan prosedur pembelajaran, monitoring pembelajaran, inovasi pembelajaran, interaksi guru dan peserta didik di dalam kelas, partisipasi orangtua dalam pembelajaran, dan lain-lain
(c)           Media dan sumber belajar, seperti masalah penggunaan media, perpustakaan, dan sumber belajar di dalam atau luar kelas, peningkatan hubungan antara sekolah dan masyaraka, dan lain-lain
(d)          Evaluasi pembelajaran, seperti : masalah evaluasi awal, proses dan hasil pembelajaran, pengembangan instrument penilaian berbasis kompetensi, dan lain-lain
D.           Prinsip-prinsip PTK
Dalam paradigma PTK, terdapat juga prinsip-prinsip khusus yang harus dipertimbangkan, yaitu :
(a)           Sumber masalah diperoleh dari praktik-praktik pembelajaran yang ditemukan dalam kenyataan sehari-hari di kelasnya masing-masing, atau orang-orang yang ikut terlibat dan bertanggung jawab, baik secara langsung maupun tidak langsung dalam pembelajaran, seperti teman sejawat sesama guru, kepala sekolah, peserta didik, dan atau orangtua
(b)          Kaitkan masalah PTK dengan upaya peningkatan mutu guru, peserta didik, dan tenaga kependidikan lainnya
(c)           Pelaksanaan PTK harus memanfaatkan semua potensi guru di sekolah, seperti penguasaan materi mata pelajaran, keterampilan mengajar, minat dan keterlibatan, baik peneliti sebagai guru maupun guru sebagai teman sejawat
(d)          Hasil PTK dapat juga memberikan masukan untuk pengembangan teori pembelajaran sesuai dengan mata pelajaran masing-masing
(e)           Metode PTK harus mempertimbangkan masalah-masalah pembelajaran di kelas yang sedang diteliti, sumber daya yang ada, dan peserta didik sebagai sasaran penelitia
E.            Kolaborasi dalam PTK
Kolaborasi atau kerja sama dalam PTK dapat dilakukan dengan peserta didik (siswa/mahasiswa), teman sejawat dalam satu sekolah, teman sejawat dari sekolah lain, teman sejawat dengan wilayah keahlian yang berbeda (misalnya antara guru dan dosen, antara guru dan peneliti, antara guru dan manajer), dan teman sejawat dalam disiplin ilmu yang berbeda (misalnya antara guru bahasa Inggris dan guru bahasa Indonesia); dan teman sejawat antar daerah/wilayah (kabupaten/kota dan provinsi).
F.            Kelebihan dan Kekurangan PTK
Kelebihan PTK yakni :
(a)           Hasil PTK kolaboratif dapat dijadikan feedback bagi sistem pembelajaran dengan cara yang lebih substansial dan kritis
(b)          Mendorong guru untuk berbagi masalah pembelajaran terhadap pihak-pihak yang terkait
(c)           Dapat memberdayakan potensi guru
(d)          Tumbuhnya rasa memiliki melalui kolaborasi tim dalam PTK
(e)           Tumbuhnya berpikir kritis dan kreatif, sistematis, dan logis melalui interaksi terbuka yang bersifat reflektif-evaluatif dalam PTK
(f)           Adanya upaya saling mendorong untuk berubah dalam kerja sama
(g)          Meningkatnya kesepakatan melalui kerja sama secara demokratis dan dialogis
(h)          Timbulnya semangat dan motivasi kerja melalui dinamika kelompok.
Sedangkan kelemahan PTK, antara lain :
(a)           Sulitnya mencapai keharmonisan kerja sama antara orang-orang yang memiliki latar belakang berbeda
(b)          Kurangnya pengetahuan peneliti dalam metode penelitian karena terlalu banyak berurusan dengan hal-hal praktis
(c)           Rendahnya efisiensi waktu karena di satu pihak , guru sebagai peneliti harus terlibat dalam proses tindakan, sedangkan di lain pihak guru harus melakukan tugas rutin
(d)          Adanya tuntutan pemimpin kelompok untuk bertindak secara demokratis dan memiliki kepekaan tinggi terhadap kebutuhan anggota kelompoknya dalam situasi tertentu. Padahal, untuk mendapatkan pemimpin yang demikian sangat sulit
(e)           Memiliki validitas dan reliabilitas yang rendah.
2.2           Prosedur Pelaksanaan Langkah-Langkah PTK
Langkah-langkah dalam PTK merupakan satu daur atau siklus yang terdiri dari :
1)             Merencanakan perbaikan
2)             Melaksanakan tindakan
3)             Mengamati
4)             Melakukan refleksi
Untuk merencanakan perbaikan, terlebih dahulu perlu dilakukan identifikasi masalah, analisis masalah, dan perumusan masalah. Identifikasi masalah dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan pada diri sendiri tentang pembelajaran yang dikelola. Setelah masalah teridentifikasi, masalah perlu dianalisis dengan cara melakukan refleksi dan menelaah berbagai dokumen yang terkait. Berdasarkan hasil analisis, dipilih dan dirumuskan masalah yang paling mendesak dan mungkin dipecahkan oleh guru. Masalah kemudian dijabarkan secara operasional agar dapat memandu usaha perbaikan.
Setelah masalah dijabarkan, langkah berikutnya adalah mencari atau mengembangkan cara perbaikan yang dilakukan dengan mengkaji teori dan hasil penelitian yang relevan, berdiskusi dengan teman sejawat dan pakar, dan menggali pengalaman sendiri. Berdasarkan hal ini dikembangkan cara perbaikan atau tindakan yang sesuai dengan kemampuan dan komitmen guru, kemampuan siswa, sarana dan fasilitas yang tersedia, serta iklim belajar dan iklim kerja disekolah.
Pelaksanaan tindakan dimulai dengan mempersiapkan rencana pembelajaran dan skenario tindakan, termasuk bahan pelajaran dan tugas-tugas, menyiapkan alat pendukung/sarana lain yang di perlukan, mempersiapkan cara merekam dan menganalisis data, dan melakukan simulasi pelaksanaan jika diperlukan.
Refleksi adalah kegiatan mengidentifikasi melalui evaluasi diri yang berfungsi mencari dan mendeskripsikan kelebihan dan kelemahan serta kesesuaian antara rencana yang disusun dengan realita operasional dilapangan. Hasil refleksi dijadikan sebagai acuan dalam mengambil solusi untuk perbaikan dan penyusunan rencana tindakan kelas berikutnya.
Dalam melaksanakan tindakan atau perbaikan, observasi dan interpretasi dilakukan secara simultan. Aktor utama adalah guru. Namun, guru dapat dibantu oleh alat perekam data atau teman sejawat sebagai pengamat. Agar pelaksanaan tindakan sesuai dengan kaidah PTK, perlu di terapkan enam kriteria berikut ini.
1.             Metodologi penelitian jangan sampai mengganggu komitmen guru sebagai pengajar.
2.             Pengumpulan data jangan sampai menyita waktu guru terlampau banyak.
3.             Metodologi harus reliabel (handal) hingga guru dapat menerapkan strategi yang sesuai dengan situasi kelasnya.
4.             Masalah yang ditangani guru harus sesuai dengan kemampuan dan  komitmennya.
5.             Guru harus memperhatikan berbagai aturan (etika) yang berkaitan dengan tugasnya.
6.             PTK harus mendapat dukungan dari masyarakat  sekolah.
2.3       Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian Tindakan berarti studi yang dilakukan untuk memperbaiki diri dan pengalaman kerja yang dilakukan secara sistematis, terencana dan dengan sikap mawasdiri. Atau dapat dirangkum bahwa PTK adalah tindakan nyata yang dilakukan oleh guru untuk memecahkan masalah pembelajaran di dalam kelas..
Selanjutnya, Gideonse (1983) mengusulkan restorasi, bahwa penelitian yang dibuat sebaiknya berbasis investigasi Diana dapat dicari akar masalah untuk selanjutnya dipecahkan. Penelitian Kelas sebaiknya dilakukan secara terkendali terhadap berbagai fase pendidikan dan pembelajaran dengan cara reflektif. Sedangkan Kurt Lewin memahami hubungan teori dan praktek sebagai hasil aplikasi dari penelitian. Menurut Lewin bahwa kekuatan terletak pada masalah-masalah sosial spesifik.
Kemmis (1982) menegaskan bahwa “theory and Action might develop together krom application of The Scientifiec approach”. Pertanyaan tersebut dapat diartikan bahwa perpaduan teori dan praktek harus dilakukan secara berkesinambungan dan reflektif sebagai bentuk dari pendekatan keilmuan. Representasi dari keseluruhan pendapat diartikan Penelitian Tindakan Kelas adalah sesuatu yang wajib dilakukan oleh guru sebagai tenaga pendidik dengan tujuan utama memecahkan permasalahan pembelajaran di kelas secara berkesinambungan.
Kapan PTK dilaksanakan ? jawabannya kapan saja ada masalah di dalam kelas, baik pada proses pembelajaran maupun pada hasil atau prestasi siswa. Penelitian Tindakan bersifat responsif berarti apabila muncul masalah pastilah harus langsung diselesaikan karena akan muncul masalah lagi sebagai imbas permasalahan awal. Penelitian tindakan diperlukan apabila guru yang bersangkutan memiliki analisis awal bahwa terjadi ketidakberesan pada kegiatan belajar mengajar. Pada konteks identifikasi diperlukan apabila guru yang bersangkutan memiliki analisis awal bahwa terjadi ketidakberesan pada kegiatan belajar mengajar. Pada konteks identifikasi diperlukan agar guru secara selektif dapat mengklasifikasikan mana permasalahan utama mana permasalahan ringan. Modal utama guru sebagai peneliti adalah fokus pada permasalahan dan pemecahannya.
Dua variabel pokok pada Penelitian Tindakan adalah yang pertama variabel “MASALAH” yang ke dua adalah variabel “SOLUSI”. Kedua variabel haruslah memenuhi syarat keserasian, harus ada korelasi anatara variabel x dan Y Diana solusi yang dipilih oleh guru harus dapat mengatasi permasalahn yang muncul. Cara yang dilakukan untuk dapat memilih cara/solusi yang paling tepat adalah dengan melakukan kajian teori dan kajian penelitian terdahulu secara mendalam sehingga fokus masalah serta latar belakang dapat terkolaborasi seara komprehensif.
2.4         Contoh Proposal Dan Laporan Penelitian Tindakan Kelas
A.           PROPOSAL PENGGUNAAN MEDIA VISUAL UNTUKMENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP IRISAN BIDANG DENGAN BANGUN RUANG
PADA SISWA KELAS X-5 SMA
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Pembelajaran Matematika umumnya didominasi oleh pengenalan rumus-rumus serta konsep-konsep secara verbal, tanpa ada perhatian yang cukup terhadap pemahaman siswa. Disamping itu proses belajar mengajar hampir selalu berlangsung dengan metode “chalk and talk” guru menjadi pusat dari seluruh kegiatan di kelas (Somerset, 1997 dalam Sodikin, 2004:1).
Pembelajaran matematika sering diinterpretasikan sebagai aktivitas utama yang dilakukan guru, yaitu guru mengenalkan materi, mungkin mengajukan satu atau dua pertanyaan, dan meminta siswa yang pasif untuk aktif dengan memulai melengkapi latihan dari buku teks, pelajaran diakhiri dengan pengorganisasian yang baik dan pembelajaran selanjutnya dilakukan dengan sekenario yang serupa.
Kondisi di atas tampak lebih parah pada pembelajaran geometri. Sebagian siswa tidak mengetahui mengapa dan untuk apa mereka belajar konsep-konsep geometri, karena semua yang dipelajari terasa jauh dari kehidupan mereka sehari-hari. Siswa hanya mengenal objek-objek geometri dari apa yang digambar oleh guru di depan papan tulis atau dalam buku paket matematika, dan hampir tidak pernah mendapat kesempatan untuk memanipulasi objek-objek tersebut. Akibatnya banyak siswa yang berpendapat bahwa konsep-konsep geometri sangat sukar dipelajari (Soedjadi, 1991 dalam Sodikin 2004:2).
Pada umumnya, sekelompok siswa beranggapan bahwa mata pelajaran matematika sulit difahami. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: Pertama, siswa kurang memiliki pengetahuan prasyarat serta kurang mengetahui manfaat pelajaran matematika yang ia pelajari. Kedua, daya abstraksi siswa kurang dalam memahami konsep-konsep matematika yang bersifat abstrak.
Dalam mengajarkan matematika, sebaiknya diusahakan agar siswa mudah memahami konsep yang ia pelajari, sehingga siswa lebih berminat untuk mempelajarinya. Jika sekiranya diperlukan media atau alat peraga yang dapat membantu siswa dalam memahami konsep matematika, maka seyogyanya guru menyiapkan media atau alat peraga yang diperlukan..
Dengan demikian, dalam mengajarkan matematika perlu adanya benda-benda kongkrit yang merupakan model dari ide-ide matematika, yang selanjutnya disebut sebagai alat peraga sebagai alat bantu pembelajaran. Alat bantu pembelajaran ini digunakan dengan maksud agar anak dapat mengoptimalkan panca inderanya dalam proses pembelajaran, mereka dapat melihat, meraba, mendengar, dan merasakan objek yang sedang dipelajari.
Untuk mengatasi masalah di atas, perlu diadakan penelitian tindakan kelas tentang penggunaan media visual atau alat peraga dalam pembelajaran materi irisan suatu bidang dengan bangun ruang. Dengan serangkaian tindakan, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, sampai dengan evaluasi, diharapkan dapat meningkatkan pemahaman siswa dalam memahami materi irisan suatu bidang dengan bangun ruang.
B.    Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, permasalahan penelitian dapat dirumuskan bagai berikut:
Bagaimana penggunaan media visual untuk meningkatkan pemahaman konsep irisan bidang dengan bangun ruang?
C.    Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan pemahaman siswa tentang irisan bidang dengan bangun ruang dengan menggunakan media visual.
D.    Manfaat Hasil Penelitian PTK Matematika SMA
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi siswa, guru, maupun sekolah.
1.             Bagi siswa, penelitian ini dapat mempermudah siswa dalam memahami konsep irisan bidang dengan bangun ruang dan meningkatkan motivasi belajar.
2.             Bagi peneliti, penelitian ini sebagai wahana peningkatan profesionalisme guru yang akan berdampak pada kualitas pendidikan di sekolah
3.             Bagi guru lain, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai rujukan untuk menambah wawasan dalam menentukan strategi dan metode pembelajaran yang sesuai dengan materi pelajaran.
4.             Bagi sekolah, penelitian ini dapat membantu meningkatkan kualitas hasil belajar, khususnya pelajaran matematika, sehingga secara langsung dapat meningkatkan kualitas pendidikan dan out put sekolah.
E.    Batasan Istilah
Untuk mendapatkan kesamaan arti terhadap istilah yang digunakan dalam penelitian ini, diperlukan pendefinisian istilah sebagai berikut:
1.             Yang dimaksud media visual dalam penelitian ini adalah media presentasi berbasis power point hasil Workshop Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi yang diadakan oleh Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas, Departemen Pendidikan Nasional pada tanggal 6 Agustus 2006 sampai dengan 12 Agustus 2006 di Cisarua Bogor.
2.             Yang dimaksud irisan bidang dengan bangun ruang dalam penelitian ini adalah materi melukis irisan bidang dengan bangun ruang.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.    Karakteristik Matematika
Menurut Soedjadi (1994:1), meskipun terdapat berbagai pendapat tentang matematika yang tampak berlainan antara satu sama lain, namun tetap dapat ditarik ciri-ciri atau karekteristik yang sama, antara lain: (a) memiliki objek kajian abstrak, (b) bertumpu pada kesepakatan, (c) berpola pikir deduktif, (d) memiliki symbol yang kosong dari arti, (e) memperhatikan semesta pembicaraan, (f) konsisten dalam sistemnya.
Matematika sebagai suatu ilmu memiliki objek dasar yang berupa fakta, konsep, operasi, dan prinsip. Dari objek dasar itu berkembang menjadi objek-objek lain, misalnya: pola-pola, struktur-struktur dalam matematika yang ada dewasa ini. Pola pikir yang digunakan dalam matematika adalah pola pikir deduktif, bahkan suatu struktur yang lengkap adalah deduktif aksiomatik.
Matematika sekolah adalah bagian dari matematika yang dipilih, antara lain dengan pertimbangan atau berorientasi pada kependidikan. Dengan demikian, pembelajaran matematika perlu diusahakan sesuai dengan kemampuan kognitif siswa, mengkongkritkan objek matematika yang abstrak sehingga mudah difahami siswa. Selain itu sajian matematika sekolah tidak harus menggunakan pola pikir deduktif semata, tetapi dapat juga digunakan pola pikir induktif, artinya pembelajarannya dapat menggunakan pendekatan induktif. Ini tidak berarti bahwa kemampuan berfikir deduktif dan memahami objek abstrak boleh ditiadakan begitu saja.
B.    Pembelajaran Matematika
Pembelajaran pada hakekatnya adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik (Mulyasa, 2002:100). Dalam pembelajaran, tugas guru yang paling utama adalah mengkondisikan lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan tingkah laku.
Pembelajaran matematika menurut Russeffendi (1993:109) adalah suatu kegiatan belajar mengajar yang sengaja dilakukan untuk memperoleh pengetahuan dengan memanipulasi simbol-simbol dalam matematika sehingga menyebabkan perubahan tingkah laku.
Dalam kurikulum 2004 disebutkan bahwa pembelajaran matematika adalah suatu pembelajaran yang bertujuan:
·                Melatih cara berfikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksperimen, menunjukkan kesamaan, perbedaan, konsistensi dan inkonsistensi
·                Mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba
·                Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah
·                Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan, grafik, peta, diagram dalam menjelaskan gagasan
C.    Media dan Alat Peraga Pembelajaran
Karena matematika yang bersifat abstrak, maka sedapat mungkin dalam pembelajarannya dibuat kongkrit., sehingga mudah difahami siswa. Tim action research Matematika Kabupaten Sumenep (dalam Gentengkali, 2000:137) mengatakan bahwa salah satu ahli pendidikan, Bruner, berpendapat: untuk mendapatkan daya tangkap dan daya serap bagi anak berumur 7 sampai dengan 17 tahun yang meliputi ingatan, pemahaman dan penerapan, masih memerlukan mata dan tangan. Mata berfungsi untuk mengamati dan tangan berfungsi untuk meraba.
Selanjutnya Tim action research Matematika Kabupaten Sumenep (dalam     Gentengkali, 2000:137) mengatakan bahwa Worker Educational and Techniques ILO (1990) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa kemampuan mengingat seseorang rata-rata adalah: hanya dengan mendengar 20%, hanya dengan melihat 30%, dengan melihat dan mendengar 50%, dengan melihat, mendengar dan diskusi 70%, dengan melihat, mendengar, diskusi dan menggunakan 90%.
Untuk itu media atau alat peraga diharapkan dapat mempermudah siswa dalam memahami konsep dan prinsip matematika yang abstrak akan lebih mudah dimengerti jika disajikan dalam bentuk atau situasi yang kongkrit (melalui dunia nyata)
Hamalik (1980, 23) menyatakan bahwa media adalah alat, metode dan teknik yang dapat digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi guru dan siswa dalam proses pendidikan dan pengajaran di sekolah. Proyek BP3G Jawa Timur (Metodologi Pengajaran 1982/1983) menyatakan bahwa alat peraga adalah media yang dapat membantu guru dalam usahanya menjelaskan suatu pengertian. Media merupakan semua bentuk alat peraga yang dapat digunakan untuk menyampaikan penjelasan atau informasi.
Berdasarkan pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa alat peraga adalah suatu alat yang diperagakan, baik berupa alat atau benda sesungguhnya maupun berupa benda tiruannya guna memberikan gambaran yang lebih jelas kepada anak didik tentang sesuatu yang dipelajarinya. Media pembelajaran dapat berwujud perangkat keras maupun perangkat lunak.
BAB III
METODE PENELITIAN
A.    Pendekatan dan Jenis Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif karena penelitian ini sesuai dengan ciri-ciri penelitian kualitatif (Sudjana, 2004:197), yaitu: (a) menggunakan lingkungan alamiah sebagai sumber data langsung, (b) bersifat deskriptif analitik, (c) tekanan penelitian ada pada proses bukan pada hasil, (d) bersifat induktif, (e) mengutamakan makna.
Selanjutnya Sudjana (2004:200) mengatakan bahwa penelitian kualitatif tidak dimulai dari teori yang dipersiapkan sebelumnya, tetapi dimulai dari lapangan berdasarkan lingkungan alami. Data dan informasi lapangan ditarik makna dan konsepnya, melalui pemaparan deskriptif analitik, tanpa menggunakan enumerasi dan statistik, sebab lebih mengutamakan proses terjadinya suatu peristiwa dan tingkah laku dalam situasi alami. Generalisasi tak perlu dilakukan sebab deskripsi dan interpretasi terjadi dalam konteks ruang, waktu dan situasi tertentu.
Pendekatan kualitatif dalam penelitian ini digunakan untuk menelusuri dan mendapatkan gambaran secara jelas tentang situasi kelas dan tingkah laku siswa selama pembelajaran berlangsung.
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Hal ini sesuai dengan pendapat Ebbutt (dalam Wiriaatmadja, 2005:12) yang mengatakan bahwa penelitian tindakan adalah kajian sistematik dari upaya perbaikan pelaksanaan praktek pendidikan oleh sekelompok guru dengan melakukan tindakan-tindakan dalam pembelajaran, berdasarkan refleksi mereka mengenai hasil dari tindakan-tindakan tersebut.
B.    Kehadiran Peneliti
Karena pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif, maka kehadiran peneliti di lapangan mutlak diperlukan. Menurut Moleong (dalam Sri Harmini, 2004:22), kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif adalah sebagai perencana, pelaksana, pengumpul, penganalisis, penafsir data dan akhirnya sebagai pelapor hasil penelitian.
Dalam penelitian ini, peneliti sebagai guru, disamping berperan sebagai pengumpul dan penganalisis data di lapangan, peneliti juga berperan secara langsung dalam proses pembelajaran mulai dari perencanaan, pelaksanaan, sampai dengan penilaian. Selama proses pembelajaran, peneliti dibantu oleh seorang guru teman sejawat sebagai observer.
C.    Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Sidoarjo. Alasan pemilihan lokasi penelitian di sekolah ini dikarenakan peneliti sebagai guru di sekolah tersebut. Penelitian ini dilaksanakan dalam kurun waktu bulan September, Oktober dan Nopember 2006.
D.    Sumber Data 
Sumber data penelitian ini adalah siswa kelas X-5 SMA Negeri 1 Sidoarjo Tahun Pelajaran 2006/2007 yang berjumlah 34 orang siswa. Alasan pemilihan kelas ini dikarenakan peneliti sebagai guru di kelas tersebut dan observer sebagai wali kelasnya.
E.    Prosedur Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data dilakukan dengan cara memberikan tes kepada sumber data, melakukan observasi dan mencatat kejadian-kejadian di lapangan, dan memberikan angket kepada sumber data.
F.    Teknik Analisis Data
Sesuai dengan jenis data yang dikumpulkan, ada dua teknik analisis data yang digunakan, yaitu analisis kuantitatif dan analisis kualitatif. Analisis kuantitatif digunakan terhadap hasil tes, sedangkan analisis kualitatif digunakan terhadap data kualitatif yang diperoleh dari hasil pengamatan terhadap aktivitas siswa atau hal-hal lain yang tampak selama berlangsungnya penelitian.
B.            LAPORAN PENELITIAN KELAS
PENGGUNAAN MEDIA SOFTWARE UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN MAHASISWA KELAS X SMAN 8 BANDUNG PADA KONSEP IKATAN KIMIA
OLEH
DRS. ALI MUNAWAR
SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 8 BANDUNG JALAN SOLONTONGAN NO. 3 TLP. 7304542 BANDUNG 40264
2006
BAB I
PENDAHULUAN
A.           Latar Belakang Masalah
Belajar ilmu kimia adalah belajar tentang fakta dan realita. Fakta ilmiah yang disajikan biasanya dapat dibuktikan melalui eksprimen, akan tetapi ada kalanya fakta ilmiah sulit untuk ditampilkan secara visual seperti halnya dalam mempelajari ikatan kimia. Terbentuknya ikatan Kimia melalui proses searah terima elektron (ikatan ion) atau melalui proses pemasangan elektron ( ikatan kovalen). Untuk menggamgarkan atom diperlukan adanya model atom, sedangkan untuk menggambarkan terjadinya transfer elektron di antara dua atom atau lebih tidaklah mudah dan bagaimana terjadinya ikatan di antara dua atom unsur yang jenisnya sama dan dua atom yang jenisnya berbeda, para siswa sangat kesulitan untuk memahaminya. Juga banyak siswa yang mengalami kesulitan untuk menentukan rumus melekul yang dapat dibentuk, jika dua unsur digabungkan.
Penjelasan berupa gambar sederahana di papan tulis serta keterangan yang bersifat verbal belum dapat menghasilkan pemahaman yang komprehensif sehingga perlu adanya media yang dapat menggambarkan secara visual bagaimana ikatan Kimia dapat terjadi.
Media pembelajaran software berupa program animasi pada komputer diharapkan dapat membantu meningkatkan pemahaman siswa sekaligus meningkatkan prestasi belajar siswa pada materi ikatan Kimia.
Melalui program kegiatan ini konsep ikatan Kimia yang abstrak dapat digambarkan secara terstruktur dan terurut sehingga para siswa dapat memahaminya dengan lebih mudah.
Di SMA Negeri 8 Bandung perangkat penunjang program pembelajaran berupa perangkata komputer telah tersedia dengan lengkap, demikian pula para siswa sudah terbiasa mengoperasikan perangkat komputer, terutama karena mereka memperoleh pelajaran Teknologi Imformatika berbasis komputer sehingga diharapkan pembelajaran dengan menggunakan komputer tidak akan menemukan banyak kendala.
B.            Rumusan Masalah dan Pemecahan Masalah
1.             Rumusan Masalah
Dalam penelitian ini yang menjadi masalah utama adalah : kesulian siswa X SMA Negeri 8 dalam memahami materi ikatan Kimia. Masalah tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut :” Apakah penggunaan media pembelajaran software dapat meningkatkan pemahaman siswa kelas X-1 SMA Negeri 8 Bandung pada konsep ikatan Kimia”?
2.             Pemecahan Masalah
Untuk mengatasi masalah kesulitan siswa dalam memahami ikatan Kimia, dapat dilakukan dengan menggunakan media pembelajaran software yang menyajikan gambaran animasi yang ditampilkan pada komputer yang menyajikan proses terbentuknya ikatan Kimia antara atom-atom. Oleh karena itu, penulis merumuskan hipotesis tindakan “ Media Pembelajaran Software” dapat meningkatkan pemahaman siswa.
Indikator keberhasilan yang akan diukur dalam penelitian ini adalah meningkatnya pemahaman siswa yang diukur melalui pre test dan post test serta proses pembelajaran.
C.            Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan maksud untuk mengatasi kesulitan siswa sekaligus membantu siswa kelas X SMA Negeri 8 Bandung dalam memahami konsep ikatan Kimia. Secara khusus tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui :
1.      Pemahaman siswa pada konsep ikatan Kimia yang dicapai setelah menyelesaikan program pembelajaran
2.      Interaksi belajar siswa didalam kelas selama kegiatana pembelajaran
3.      Tanggapan siswa terhadap penggunaan media software dalam pembelajaran ikatan Kimia
D.           Manfaat Hasil Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
1.      Bagi penulis, merupakan alat untuk mengembangkan diri sebagai guru yang profesional
2.      Bagi siswa, dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman terhadap mata pelajaran Kimia
3.      Bagi guru Kimia khususnya dan guru lainnya, dapat menjadi bahan acuan dalam menyusun rencana dan melaksanakan pembelajaran menggunakan media pembelajaran yang sesuai.
BAB II
Penggunaan Media Software Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Kelas X SMA Negeri 8 Bandung Pada Ikatan Kimia
A.         Kajian Teori
1.             Media Pembelajaran
Media adalah bentuk jamak dari medium, merupakan istilah bahan Latin yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar dapat pula diartikan sebagai alat, sarana, atau wahana. Media sering kita temukan sebagai istilah dalam bidang komunikasi maupun transportasi yang memiliki arti alat untuk berkomunikasi atau alat untuk transportasi. Dalam dunia pendidikan dan pengajaran, biasa disebut media pendidikan atau media pembelajaran. Oemar Hamalik (1980: 23) menyatakan bahwa media pembelajaran adalah alat, metode dan teknik yang dapat digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi anatar guru dan siswa dalam proses pendidikan dan pengajaran disekolah.
Software adalah rancangan, instrumen dan bahan cetak lainnya yang diperlukan untuk operai komputer atau mesin otomatis (The Contenporary English-Indonesia Dictionary, 1998: 1856).
Dengan demikian, media pembelajaran software dimaksudkan sebgai bahan pembelajaran yang disusun serta disampaikan dengan menggunakan komputer sebagai pernagkat kerasnya yang digunakan untuk menyampaikan materi pelajaran agar siswa dapat belajar dalam suasana yang lebih menarik dan menyenangkan.
2.             Manfaat Media Pembelajaran
Peranan media pembelajaran sangatlah penting dalam kegiatan belajar mengajar. Sangatlah sulit materi pelajaran tersampaikan dengan baik tanpa melalui media pembelajaran yang tepat.
Menurut Oemar Hamalik (1980), secara umum manfaat media pembelajaran adalah sebagai berikut :
a.              Meletakkan dasar-dasar berpikir konkret dan mengurangi verbalisme
b.             Memperbesar perhatian para siswa
c.              Meletakkan dasar-dasar penting untuk perkembangan belajar, membuat pelajaran lebih mantap
d.             Memberikan pengalaman yang nyata dan dapat menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri di kalangan siswa
e.              Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan kontinu, dalam hal ini terutama dalam hah hidup
Demikian banyak bentuk dan macam media pembelajaran, akan tetapi yang terpenting adalah pemilihan bentuk dan macam media pembelajaran disesuaikan dengan tujuan pembelajaran, materi pelajaran, ketersediaan saran dan prasaran di tempat terjadinya proses pembelajaran tersebut.
Pemilihan media pembelajaran harus melihat komponen perencanaan pembelajaran, seperti :
a.              Tujuan, media pembelajaran hendaknya sesuai dan menunjang pencapaian tujuan pembelajaran
b.             Materi Pembelajaran, materi yang dipilih hendaknya relevan dan tidak out of date
c.              Metode atau Pendekatan, sebagai contoh, pemilihan metode demonstrasi akan lebih banyak memerlukan media daripad metode ceramah
d.             Evaluasi, sebetulnya evaluasi mengukur keberhasilan tujuan, oleh karena itu media yang dipilih selain mengaju pada tujuan terkait juga pada evaluasi yang digunakan
e.              Siswa, pemilihan media pembelajaran perlu disesuaikan dengan pengembangan intelektual siswa, yaitu disesuaikan dengan kemampuan siswa dalam hal membaca, mendengar atau melihat.
Paparan diatas mengenai pengertian, manfaaf dan pemilihan media pembelajaran diserahkan sepenuhnya kepada guru yang bertugas mengelola proses pembelajaran di sekolah untuk senantiasa dapat menggunakan media pembelajaran dalam usahanya menjadi guru yang profesional
3.             Konsep Ikatan Kimia
Ikatan Kimia dapat terbentuk jika dua atom unsur atau lebih bergabung membentuk senyawa. Terjadinya ikatan Kimia antara atom-atom disebabkan masing-masing memiliki kecendrungan untuk mencapai kestabilan atom seperti atom unsur gas mulia. Setiap unsur gas mulia. Setiap unsur gas mulia (kecuali Helium), telah memiliki konfigurasi elektron yang stabil dengan memiliki elektron valensi 8 atau mencapai oktet. Dengan demikian, setiap unsur cenderung menyerupai konfigurasi elektron seperti gas mulia atau oktet. Untuk mencapai oktet, masing-masing unsur yang berikatan  dapat melepaskan elektronnya atau menerima elektron dua unsur yang lain. Jika proses ini yang terjadi maka akan terbentuk ikatan Kimia jenis ikatan ion. Apabila masing-masing atom memasangkan elektron valensinya sehingga mencapai oktet, maka yang terjadi adalah ikatan Kimia jenis ikatan kovalen.
Beberapa contoh senyawa ion yang ada menunjukkan bahwa jenis unsur yang membentuknya adalah dari unsur logam dan nonlogam, salah satu contohnya adalah NaCI (Natrium klorida), sedangkan senyawa kovalen umumnya tersusun dari unsur nonlogam dengan unsur nonlogam. Berbeda dengan senyawa ion, senyawa kovalen dapat tersusun dari jenis unsur yang sama yang terbentuk dalam molekul diatomik seperti H2, O2, N2 atau poliatomik seperti P dan S8. Jenis ikatan pada senyawa kovalen ada yang membentuk ikatan tunggal seperti H-H, ikatan rangkap dua seperti O=O adapun rangkap tiga seperti N=N.
Rumus molekul yang terjadi jika dua unsur digabungkan berpedoman kepada valensi masing-masing atom sesuai dengan golongannya pada Sistem Periodik Unsur –Unsur. Sebagai contoh, jika unsur X valensinya m dan Y unsur valensinya n, maka senyawa yang akan dibentuk akan memiliki rumusan molekul XnYm.
B.            Hasil Penelitian yang Relevan
Media pembelajaran yang sebelumnya banyak dikenal dengan istilah alat peraga yang dinyatakan oleh RECSAM sebagai alat yang digunakan untuk membantu memudahkan memahami suatu konsep secara tidak langsung. Dikatakan tidak langsung karena penggunaanya dalam pembelajaran yang berbeda perannya dengan alat praktik. Beberapa alasan perlunya alat peraga dibuat adalah :
1.             Memabantu dalam pembelajaran IPA sehingga penyampaian konsep lebih bermakna
2.             Sejalan dengan tuntutan kurikulum, yaitu meningkatkan motivasi dan pemahaman siswa dan menyadarkan konsep dengan kehidupan sehari-hari.
Menurut Robbins (1996:198), memotivasi adalah kesediaan untuk melakukan upaya yang kuat kearah tujuan organisasi yang dikondisikan untuk memenuhi kebuhan individu. Sedangkan Sweeney dan Mc Farlan (2002: 85), menyatakan bahwa motivasi adalah proses yang menggunakan pemicu untuk meningkatkan usaha pekerja sesuai alur perilaku untuk mencapai tujuan. Demikian pula Kinicki dan Kreitner (2003: 284) yang beranggapan bahwa motivasi adalah proses-proses psokiologis yang diperlukan untuk mengarahkan dan menetapkan tindakan sukarela yang mengarah pada tujuan.
C.            Kerangka Berpikir
Ikatan Kimia adalah adalah salah satu konsep yang abstrak dari sekian banyak konsep yang terdapat pada mata pelajaran Kimia yang umumnya dapat dibuktikan melalui eksperimen. Untuk memahami konsep ikatan Kimia yang abstrak berbagai ilustrasi yang menggambarkan terjadi ikatan antara atom-atom adalah sangat penting. Dengan bantuan program animasi pada layar komputer atau LCD beberapa konsep dapat disajikan secara lebih nyata dan jelas. Visualisasi proses terbentuknya ikatan diharapkan semakin menguatkan daya ingat siswa disamping adanya motivasi yang timbul setelah meilhat tayangan yang merangsang pandangan dan konsentrasi mereka.
Guru sebagai fasilitator dan motivator berperan menyediakan layanan informasi yang memadai tentang materi pelajaran yang diajarkannya. Keaktifan siswa dalam belajar adalah hal yang penting sehingga dalam penyajian media software pembelajaran disediakan ruang yang cukup bagi para siswa untuk berdiskusi dengan sesama temannya seperti dalam menyelesaikan beberapa latihan soal yang berfungsi untuk penguatan konsep yang dibelajarkan.
BAB III
Metodologi Penelitian
A.           Waktu dan Tempat Penelitian
1.      Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan minggu ketiga bila Oktober hingga minggu kedua bulan November 2006.
2.      Tempat Penelitian
Penelitian bertempat di SMA Negeri 8 Bandung Jalan Solontongan No. 3 Kota Bandung 40264
B.            Populasi dan Sample
Sebagai populasi sekaligus sampel penelitian adalah siswa kelas X-1 SMA Negeri 8  Bandung dengan jumlah total 39 orang terdiri 15 orang siswa laki-laki dan 2 siswa perempuan.
C.            Prosedur Penelitian
Penelitian berupa Penelitian Tindakan Kelas (PTK) direncanakan sejak minggu kedua bulan Oktober 2006, akan tetapi pelaksanaan tindakan baru dapat dilaksanakan pada bulan November 2006, siklus ke-1 pelaksanaan tindakan pada tanggal 14 November 2006.
Prosedur atau langkah-langkah penelitian yang dilakukan terbagi dalam bentuk siklus kegiatan mengacu pada model yang diadopsi dari Hopkins (1993: 48), di mana setiap siklus terdiri atas empat kegiatan pokok adalah kegiatan : perenacanaan tindakan pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Empat kegiatan ini berlangsung secara simultan yang urutannya dapat mengalami modifikasi.
Tahapan penelitian dijelaskan sebagai berikut :
1.             Refleksi awal, pada tahap ini dilakukan identifikasi kesulitan siswa dalam memahami konsep ikatan Kimia.
2.             Perencanaan Tindakan, masalah yang ditemukan akan diatasi dengan melakukan langkah-langkah perencanaan tindakan yaitu menyusun instrumen penelitian berupa : RPP, membuat CD pembelajaran, LKS, soal tes, angket dan lembar observasi
3.             Pelaksanaan Tindakan
          Pada tahap ini dilakukan tindakan berupa pelaksanaan program pembelajaran, pengambilan atau pengumpulan data hasil angket, lembar observasi dan hasil test
4.             Oberservasi, Refleksi, dan Evaluasi
         Tahap ini dilakukan untuk mengumpulkan data-data dan menganalisisnya untuk kemudian dapat dimabil kesimpulan dari penelitian ini.
Indikator Keberhasilan
Bersumber pada hasil yang diperoleh dari pre test dan post test yang mencerminkan pemahaman siswa pada konsep yang dibelajarkan diharapkan adanya peningkatan pemahaman sesuai nilai yang diperoleh oleh masing-masing siswa. Minimum 75% dari jumlah siswa mencapai nilai hasil belajar tuntas (KKM=65). Minimal 75% dari jumlah siswa termotivasi belajar menggunakan media pembelajaran software.
D.           Teknik Pengumpulan Data
Data penelitian dikumpulkan dan disusun melalui teknik pengumpulan data meliputi
a.              Sumber data, Siswa, guru, guru dan siswa
b.             Jenis data, Jumlah siswa yang dapat menjawab benas soal pre test dan post test, Langkah-langkah pembelajaran, Aktivitas guru dan siswa selama pembelajaran berlangsung, Respon siswa terhadap media pembelajaran yang digunakan.
c.              Teknik Pengumpulan, melaksanakan teks tertulis, observasi dan rekaman video, penyebaran kuesioner
d.             Instrumen Penelitian, soal test, pedoman observasi dan angket/kuesioner tanggapan siswa
BAB IV
Hasil Penelitian dan Pembahasan
A.           Hasil Penelitian
Penelitian yang telah dilakukan penulis sebagai peneliti hingga siklus kedua pada bulan November 2006, dibantu oleh seorang guru rekan sejawat yang bertindak sebagai observer dan berfungsi sebagai teman diskusi dalam tahap refleksi. Adapun hasinya seperti temuat pada tabel di bawah ini.
Tabel. Hasil Tiap Anak Aspek PTK pada Siklus I
NO
Aspek Penelitian
Tindakan ke 1
Refleksi
1
Aktivitas Siswa
80 %
Perlu disediakan waktu siswa bertanya jawab
2
Aktivitas guru
Cukup
Guru kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya ditengah tayangan gamber pada layar komputer
3



4




5
Kendala yang dihadapi



Kendala yang dihadapai



Ketuntasan belajar klasikal
Beberapa perangkat komputer tidak berjalan sebagaimana mestinya

Siswa kurang terfokus pada materi pembelajaran
Kekurangan waktu.

37,73%
Siswa dapat menggunakan komputer secara kelompok.


Mengubah strategi pemakaian CD dengan LCD.



Soal terlalu banyak perlu upaya yang keras meningkatkan ketuntasan

Hasil Tiap anak Aspek PTK pada Siklus II
NO
Aspek Penilaian
Tindakan ke-1
Refleksi
1
Aktivitas siswa
95%
Perlu disediakan soal untuk latihan siswa
2
Aktivitas Guru
Cukup
Penjelasan guru harus berkaitan terus dengan tayangan pada layar LCD
3
Kendala yang dihadapi
Sistem penerangan ruangan kurang mendukung tayangan di layar.

Guru sibuk menjelaskan dan mengoperasikan PC

Kesempatan bertanya masih kurang
Perlu ruang media yang khusus




Dibutuhkan operator yang membantu

Perlu teknik bertanya dan waktu bertanya yang cukup
4
Ketuntasan belajar klasikal
80%
Jenis dan bentuk soal lebih bervariasi

Tabel. Respon atau Tanggapan Siswa
NO
Kuesioner
opt
Juml
%
1
Apakah CD pembelajaran yang digunakan menyenangkan bagi Anda
a.       Ya    b. tidak
a
b
33
6
7.62
25.4
2
Apakah penggunaan CD pembelajaran membantu Anda dalam memahami pelajaran
a.       Ya     b. tidak
a
b
35
5
89.7
10.3
3
Apakah waktu yang tersedia untuk mengunakan CD pembelajaran cukup memadai
a.       Ya     b. tidak
a
b
7
32
17.9
82.1
4
Dalam mengoperasikan CD pembelajaran, anda menemukan kesulitan ?
a.       Ya     b. tidak
a
b
28
11
71.9
28.1
5
Menurut pendapat Anda, apakah setiap materi pelajaran perlu menggunkan CD pembelajaran
a.       Ya      b. tidak
a
b
21
17
53.8
17.9
6
Apakah gambar atau tulisan pada CD pembelajaran cukup lengkap ?
a.       Ya      b. tidak
a
b
31
18
79.5
10.5
7
Apakah informasi yang terdapat dalam CD pembelajaran cukup lengkap
a.       Ya      b. tidak
a
b
34
5
87.2
12.3

B.            Pembahasan
1.             Keaktifan Siswa
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan dalam dua siklus kegiatan pelaksanaan tindakan kelas diperoleh data bahwa aktivitas atau keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran mengalami kenaikan. Pada siklu 1 prosentase keaktifan siswa adala 80%, sedangkan pada siklus II keaktifan siswa adalah 95%. Hal ini disebabkan antara lain pada siklus I masing-masing siswa mengoperasikan CD pembelajaran pada komputer masing-masing menjadikan mereka sangat beragam dalam aktivitas belajarnya. Kegiatan pembelajaran yang seharusnya menjadi inti kegiatan, banyak terganggu oleh masalah yang dihadapi oleh masing-masing siswa, baik secara teknis maupun adanya kegiatan pribadi yang tidak terkait dengan materi pembelajaran. Sedangkan pada siklus II dengan bantuan LCD aktivitas siswa lebih terarah dan terkondisikan dengan perhatian yang cukup penuh dari guru.
2.             Aktivitas Guru
Observasi yang dilakukan oleh rekan guru yang bertindak sebagai observer menyatakan bahwa aktivitas guru adalah cukup baik pada siklus I maupun siklus II. Hal ini dipandang sesuai kenyataan dimana aktivitas guru banyak berfungsi sebagai fasilitator yang melayani para siswa, baik dalam menjelaskan konsep pembelajaran maupun teknis operasional perangkat pembelajaran.
3.             Kendala yang Ditemukan
Kendala awal adalah kesulitan menciptakan CD interaktif yang memuat bahan ajar yang disusun secara runtut dan relevan dengan topik yang akan dibahas.
Pada siklus I kendala teknis banyak dijumpai seperti ditemukannya gangguan pada beberapa komputer yang telah dipersiapkan, demikian pula waktu pembelajaran tersita untuk mempersiapkan semua komputer dapat berfungsi secara serentak. Sedangkan pada siklus II kendala pada siklus I relatif tidak ditemukan, dengan bantuan LCD konsentrasi dan perhatian siswa lebih tertuju pada materi pembelajaran yang disajikan. Kendala teknis muncul dari sistem pencahayaan yang tidak mendukung. Sabagai informasi siklus I pembelajaran dilakukan dilaboratorium komputer, sedangkan siklus II dilaksanakan di ruang kelas. Kendala pembelajaran terutama pada saat harus menjelaskan di papan tulis padahal pada waktu yang sama slaid di layar pun menuntut topik yang sam. Untuk hal tersebut perlu teknik bertanya yang disesuaikan dengan materi pada slaid yang sedang ditampilkan. Hal lain adalah kerepotan memberikan penjelasan atau enjawab pertanyaan pada saat menayangkan CD pembelajaran.
4.             Ketuntasan Belajar Siswa
Hasil belajar siswa yang ditunjukkan oleh nilai yang mereka peroleh mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Jika pada siklus I ketuntasan siswa secara klasifikasi hanya mencapai angka 37,73 % menjadi 80% pada siklus II. Ketuntasan belajar siswa pada siklus I yang sangat rendah dapat dibedakan oleh terlalu banyaknya soal tes yang diberikan dengan 7 soal esai dalam waktu 10 menit dengan soal yang cukup sulit menurut para siswa. Hal lain yang perlu disampingkan adalah nilai rata-rata yang diperoleh siswa sebelum pembelajaran dilaksanakan, yaitu hasil pre test sebesar 14,47 mengalami kenaikan menjadikan 37,73 pada hasil post test .Meskipun demikian secara keseluruhan nilai ketuntasan belajar siswa masih dibawah nilai Kriteria Ketuntasan Minimal 6,5.
BAB V
Kesimpulan dan Saran
A.           Kesimpulan
Penelitian tindakan kelas tentang penggunaan media software dalam meningkatkan pemahaman siswa dalam konsep Ikatan Kimia telah dilaksanakan dalam 2 siklus kegiatan, menghasilkan kesimpulan sebagai berikut :
1.             Pemahaman siswa pada konsep ikatan Kimia mengalami peningkatan setelah siswa mengikuti kegiatan pembelajaran menggunakan media software Pembelajaran dapat dilihat dari perubahan hasil belajar berupa nilai yang cukup signifikan.
2.             Selama kegiatan pembelajaran terjadi interaksi positif antara para siswa. Aktivitas belajar tercipta saat mereka belajar dalam suasana yang menyenangkan dan mereka senang untuk belajar.
3.             Kendala yang dihadapi, disamping kendala teknis operasional perangkat komputer, mempersiapkan bahan ajar dalam bentuk software pembelajaran maupun memberikan kesempatan yang memadai untuk siswa berdiskusi dan bertanya jawab di sela-sela penayangan CD pembelajaran.
B.            Saran
1.             Diperlukan waktu yang cukup dan kreativitas yang tinggi untuk menciptakan CD interkatif yang memuat bahan ajar yang runtut dan sesuai dengan konsep yang akan diajarkan.
2.             Dalam kegiatan pembelajaran menggunakan media software maupun kegiatan pembelajaran pada umumnya perlu rekan sejawat yang berfungsi sebagai teman terutama pada saat mengoperasikan perangkat seperti komputer, LCD, dan sebagainya.



BAB III
PENUTUP
A.           Kesimpulan
Penelitian Tindakan Kelas diartikan sebagai suatu proses penyelidikan ilmiah dalam bentuk refleksi diri yang melibatkan guru dalam situasi pendidikan tertentu dengan tujuan memperbaiki pemahaman dan keadilan tentang situasi atau praktik pendidikan, memahami tentang praktik yang dilakukan, dan situasi-situasi di mana praktik itu dilaksanakan. Untuk mewujudkan tujuan-tujuan tersebut, PTK dilaksanakan dalam bentuk siklus yang terdiri dari empat tahapan, yaitu merencanakan perbaikan, Melaksanakan tindakan, mengamati dan melakukan refleksi.
Banyak sekali persoalan yang dihadapi guru dalam suasana pembelajaran yang ia hadapi, yang jika masalah tersebut tidak dapat diatasi, maka akan menghambat tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Untuk itulah dibutuhkan suatu penelitian pendidikan yang dapat dimanfaatkan oleh guru untuk memperbaiki kinerja.
Hal-hal yang perlu dikuasi guru yaitu konsep dasar metode penelitian yang meliputi pengenalan penelitian pendidikan tindakan kelas, prosedur PTK, dan pembuatan laporan hasil PTK.

DAFTAR PUSTAKA

Zainal Aqib, Siti Jaiyaroh, dkk. 2008. Penelitian Tindakan Kelas, Bandung : Yrama Widya
Arifin Zainal. 2011. Penelitian Pendidikan Metode dan Paradigma Baru. Bandung : PT Remaja Rosdakarya
Prof. Dr. H. E. Mulyasa, Praktik Penelitian Pendidikan Tindakan Kelas. Bandung : PT Remaja Rosdakarya
Setiawan Risky. 2017. Penelitian Tindakan Kelas (Action Research), Prenggan Kotagede Yogyakarta : Nuha Medika



Tidak ada komentar:

Posting Komentar