12 Des 2018

Mengenal Budaya Asli Desa Dayak Pampang Sebagai Desa Wisata Samarinda Kalimantan Timur


Kalimantan Timur merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang dahulu bagian utaranya berbatasan langsung dengan Negara Malaysia dan kini berbatasan dengan Provinsi Kalimantan Utara. Provinsi Kalimantan Timur memang tidak begitu terkenal dengan kegiatan pariwisatanya, namun Kalimantan Timur memiliki potensi daya tarik wisata yang unik, mulai dari seni dan kebudayaan hingga wisata alamnya cukup mencuri minat wisatawan untuk berkunjung ke provinsi yang beribukota di Samarinda ini.

Kalimantan Timur memiliki potensi objek pariwisata yang cukup banyak. Tercatat pada tahun 1999, jumlah objek wisata yang dimiliki Kalimantan Timur diperkirakan 160 buah yang meliputi: kategori alam, budaya, sejarah dan kategori buatan. Dengan banyaknya jumlah potensi objek wisata yang dapat dikembangkan, akan menjadikan provinsi ini sebagai salah satu daerah tujuan wisata yang ada di Indonesi. Didukung dengan kebudayaan salah satu suku asli dari Kalimantan yang terkenal dengan keteguhan masyarakatnya dalam menjalankan tradisi nenek moyang mereka, yaitu Suku Dayak.

Masyarakat Dayak Kenyah yang menetap di Kalimantan Timur senang hidup dan bekerja di pedalaman hutan yang saat itu banyak dihuni oleh berbagai satwa, terutama monyet. Masyarakat Suku Dayak Kenyah merasa bahwa perilaku monyet menyerupai mereka, mulai dari tinggal di dalam hutan hingga memakan hasil hutan seperti buah-buahan yang sama, maka masyarakat setempat mempunyai ide untuk membedakan suku mereka dengan monyet yaitu dengan memanjangkan telinga. Untuk kaum perempuan telinga dipanjangkan hingga sedada dan untuk laki-laki panjangnya tidak melebihi bahu agar tidak mengganggu aktivitas berburu. Pada tahun 1960-an seiring dengan kehidupan mereka yang berpindah dari hutan satu ke hutan lainnya di pedalaman Kalimantan Timur membuat kebiasaan memanjangkan telinga ini menjadi sebuah keharusan bagi masyarakat Dayak Kenyah, bagi yang tidak memanjangkan telinga akan disamakan dengan monyet.

Untuk memanjangkan telinga, kedua lobang telinga dipasangkan cincin atau anting dengan berat tertentu dan akan ditambahkan satu per satu setiap satu tahun sekali hingga jumlah anting yang digunakan sesuai dengan usia mereka. Meskipun tradisi memanjangkan telinga sebagai salah satu atraksi wisata yang ditawarkan di Desa Dayak Pampang, hampir sebagian besar wisatawan yang pernah berkunjung dan berfoto bersama tidak mengetahui apa makna di balik tradisi yang mereka jalani saat ini. Yang mereka ketahui hanyalah sebatas melestarikan kebiasaan nenek moyang dan sebagai status sosial di dalam masyarakat Dayak Kenyah. Padahal, dalam tradisi ini mengandung makna pembelajaran hidup bagi masyarakat Suku Dayak Kenyah.

Melestarikan tradisi turun-temurun nenek moyang ditengah dunia modern merupakan hal yang cukup sulit bagi masyarakat Desa Budaya Pampang. Karena letaknya yang tidak jauh dari pusat Kota Samarinda, memungkinkan warga di desa ini sering berkunjung ke kota untuk berjalan-jalan. Meski sebagian penduduk yang tinggal di kota mengetahui tradisi telinga panjang masih dijalankan di dalam Suku Dayak Kenyah tetapi tidak begitu saja menghilangkan rasa heran mereka saat melihat langsung beberapa penduduk Suku Dayak Kenyah yang sedang berjalan di pusat perbelanjaan dengan kondisi bertelinga panjang. Seringkali penduduk desa budaya ini menjadi pusat perhatian di tengah keramaian karena bentuk fisik telinga yang berbeda dengan yang lainnya. Sebagian dari mereka yang merasa tidak nyaman dengan kondisi ini memutuskan untuk melakukan operasi kecil dengan memotong daun telinga mereka sehingga terlihat normal seperti bentuk telinga pada umumnya. Jika hal ini terus menerus terjadi, tradisi yang termasuk salah satu atraksi wisata di Desa Budaya Pampang yang sedang dikembangkan ini pelan-pelan akan menghilang. Pemerintah dan pengelola Desa Budaya Pampang menyadari hal ini dan tidak tinggal diam. Kedua pihak berusaha mempertahankan dengan mengadakan program yang menarik minat generasi muda Suku Dayak Kenyah untuk mempertahankan tradisi turun-temurun dari nenek moyang mereka dan ikut memperkenalkan kepada masyarakat luas agar tradisi telinga panjang semakin dikenal luas.

Desa dayak Pampang merupakan sebuah desa budaya yang berlokasi di Sungai Siring, Kota Samarinda, Kalimantan Timur dan merupakan objek wisata andalan kota Samarinda. Di mana masyarakat Apokayan dan Kenyah sebagai sub-suku Dayak  tinggal di sekitar rumah Lamin yang merupakan arsitektur tradisional untuk berbagai kegiatan budaya asli. Desa Pampang berpemukiman dayak yang juga budaya asli Borneo dimana setiap tahun masyarakat setempat menggelar Pelas Tahun sebagai perayaan ulang tahun dan upacara ritual Junan merupakan tradisi ratusan tahun untuk mengambil gula dari tangkai tebu yang diperas menggunakan kayu ulin.

Berjarak sekitar 23 kilometer dari pusat kota Samarinda, melalui jalan yang menghubungkan Samarinda dan Bontang, Desa Pampang diresmikan sebagai desa budaya pada bulan Juni 1991, oleh Gubernur Kalimantan Timur saat itu, HM Ardans.  Pemerintah setempat optimis Desa Budaya Pampang ini menjadi aset wisata unggulan, yang akan lebih banyak menarik wisatawan lokal maupun manca negara. Di desa ini, para wisatawan dapat melihat langsung budaya dan adat istiadat masyarakat suku Dayak, salah satu suku tertua yang hidup di wilayah nusantara.

Laki-laki di Desa Pampang membuat tato berpola tanaman dan hewan untuk menunjukkan posisi strata sosial. Wanita tua masih memegang tradisi Mucuk Penikng yang merupakan telinga yang panjang. Proses memanjang telinga dilakukan sejak lahir. Diantara orang Dayak Kenyah. Pemberat logam akan terus memanjangkan telinga hingga beberapa sentimeter. Di beberapa daerah, telinga panjang berfungsi sebagai identitas untuk menunjukkan umurnya. Bobot manik-manik yang diberikan kepada bayi lahir dan jumlah manik-manik yang menempel di telinga akan meningkat satu per tahun.

Setiap hari Minggu, masyarakat juga mengadakan acara tarian pribumi Dayak yaitu Bangen Tawai, Hudoq, Kanjet Anyam Tali, Ajay Pilling, Kancet Lasan, Nyalama Sakai, Kancet Punan Lettu dan masih banyak lagi. Pertunjukan tari digelar di rumah adat Lamin yang disebut Adat Pamung Tawai. Rumah megah terbuat dari kayu Ulin dan seluruh dindingnya penuh dengan lukisan dan ukiran khas Dayak dengan warna dominan hitam, putih dan kuning. Diameter tiang dua meter dan atap dihiasi dengan kayu yang diukir indah di tengah dan di setiap sudut. Sebuah tangga untuk menaiki rumah yang terbuat dari kayu. Bentuk tangga tidak berbeda antara rumah bangsawan dan rakyat jelata. Patung Blontang di sekitar rumah itu menggambarkan para dewa sebagai penjaga rumah atau lingkungan sekitar. Akhir atap rumah dihiasi dengan kepala naga sebagai simbol keagungan dan kepahlawanan. Rumah panggung setinggi 3 meter sampai 5 meter dengan dinding berbentuk papan kayu dan di bagian bawah rumah berfungsi untuk ternak. Bagian paling belakang yang digunakan sebagai tanaman penyimpanan dan alat pertanian disimpan di tempat yang sama.

Tata letak lamin ini rumah berbentuk panjang. Bagian depannya adalah Bale-bale untuk menerima tamu atau tempat berkumpul saat pertemuan kerabat. Rumah Dayak biasanya ditempati oleh beberapa keluarga, dalam satu keluarga dimana masing-masing keluarga memiliki kamar pribadi. Rumah adat yang megah ini penuh ukir-ukiran indah khas Dayak. Lamin Adat Pemung Tawai ini kemudian menjadi pusat daya tarik pariwisata di Desa Pampang.

Desa Pampang, juga menyediakan oleh-oleh sebelum pulang. Terdapat penjual suvenir di halaman depan Lamin Adat Pemung Tawai. Mereka menjual kerajinan tangan khas Desa Pampang berupa kalung, gelang atau tas yang terbuat dari manik-manik.

Demikianlah pembahasan mengenai “Mengenal Budaya Asli di Desa  Dayak Pampang, Samarinda, Kalimantan Timur”.

 

Daftar Pustaka

Fransiska Sherly Pranata, (2013), Peran Dinas Kebudayaan Pariwisata dan Komunikasi Informasi (KOMINFO) dalam Meningkatkan Wisata Budaya di Desa Pampang Kota Samarinda, EJournal Ilmu Pemerintahan, Volume 1, Nomor 2

Eksposkaltim.com/berita-1873-jumlah-kunjungan-wisatawan-masuk-kaltim meningkat.html diakses pada 10 Desember 2018

https : // id.m.wikipedia.org/wiki/Kalimantan-Timur